Dirundung duka dalam rentang waktu yang berdekatan tentu sangat mengguncang Mang Adi. Semuanya terjadi sangat cepat dan pasti sangat berat bagi bocah kelahiran 26 Januari 2009 itu.
Kini, Mang Adi serta dua kakaknya harus tinggal di sebuah rumah sederhana bersama kakek dan neneknya di daerah asalnya, Desa Manistutu, Jembrana. Beruntung baginya masih memiliki sanak saudara yang bisa menjadi tempatnya bernaung.
Meskipun mengalami kejadian yang terasa begitu berat, khususnya bagi anak seusianya, tetapi Mang Adi ternyata sangatlah tangguh. Beruntung ada sepak bola yang menjadi pelampiasan rasa dukanya.
Bocah yang masih duduk di bangku kelas tujuh sekolah menengah pertama itu ingin membuktikan kepada kedua mendiang orang tuanya bahwa ia bisa sukses menjadi pesepak bola. Seleksi pemain Bali United Youth pun dipilihnya sebagai jalan untuk menggapai mimpi itu.
“Pastinya sedih, hanya mau bagaimana lagi. Saya hanya bisa menjalani saja. Saya ingin sekali menunjukkan kalau bisa sukses di sepak bola kepada orang tua di atas. Karena dulu saya dilarang bermain bola, tetapi ingin menjadi pemain bola untuk membantu keluarga. Olahraga apapun saya jalani, tetapi lebih suka di sepak bola,” imbuh Mang Adi sembari menghela napas.
Impiannya membela tim tanah kelahirannya sudah bulat. Mang Adi pun mengeluarkan usaha terbaiknya untuk bisa menembus skuad Bali United Youth U-14 yang akan turun pada Elite Pro Academy 2022 mendatang.
Menghadapi ratusan talenta muda yang tidak kalah berbakat darinya, pemain yang berposisi sebagai gelandang itu semakin terpacu untuk berjuang serta berdoa demi bisa lolos. Semangatnya sebagai putra daerah terus membuatnya bergelora untuk membela Bali United.
“Pertama pasti berdoa dan berusaha untuk bisa lolos. Melihat saingannya juga berat dan keras-keras juga, tetapi sudah berdoa dan berusaha, siapa tahu bisa lolos. Karena saya orang Bali, jadi ingin membela tim tempat saya lahir. Harus bisa membela Bali United, karena ini klub impian saya,” jelas Mang Adi mantap.