Pawang Hujan di Tengah Era Digital

Nusantaratv.com - 17 Juni 2022

Rara Istiati Wulandari  (makassar.terkini.id)
Rara Istiati Wulandari (makassar.terkini.id)

Penulis: Annissya Chusnul Khotimah

 Nusantaratv.com - Di zaman yang sudah serba digital ini keberadaan pawang hujan ternyata masih eksis, buktinya terdapat sosok Rara Istiati Wulandari atau lebih dikenal sebagai Mba Rara di sirkuit Mandalika. Kehadiran seorang pawang hujan di ajang sirkuit Mandalika tentu bukan karena pemerintah tidak percaya dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), tetapi inilah Indonesia, meski zaman sudah serba digital, selalu ada tempat untuk orang-orang yang memiliki keahlian khusus, seperti Mba Rara ini. Kehadiran seorang Rara Istiati Wulandari di di ajang sirkuit MotoGP Mandalika tentu akan menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi promosi gratis bagi Indonesia di mata dunia. 

Hadirnya sosok pawang hujan dalam suatu acara pastinya bukan hal yang aneh lagi bagi masyarakat Indonesia. Saya sebagai orang yang tumbuh di kampung, sangat sering melihat kehadiran pawang hujan di berbagai acara. Dari pengalaman saya sosok pawang hujan ini beragam, mulai dari ibu-ibu yang usianya 35-40 tahun, kakek 65 tahunan yang masih terlihat kuat dengan badannya yang sangat kurus atau bahkan wanita tua yang katanya tidak pernah keluar rumah sama sekali tetapi selalu berhasil menghentikan hujan saat diminta, sungguh ajaib.

Mungkin bagi kalian yang masih asing dengan pawang hujan, pasti tahulah sosok Mba Rara yang melakukan ritual penghentian hujan di tengah lintasan Sirkuit MotoGP Mandalika. Kita tidak perlu malu menghadapi fakta ini, justru harusnya bangga, ini lho ragam budaya Indonesia dan tidak hanya pawang hujan, karena Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau, tentu banyak suku, dan budaya yang berbeda-beda, dan ini menjadi kekayaan budaya bangsa kita. 

Tradisi pawang hujan merupakan suatu bentuk eksistensi pengetahuan tradisional masyarakat yang hadir dari generasi ke generasi dalam suatu kelompok masyarakat. Tak jarang sosok pawang hujan ini disebut sebagai dukun atau “orang pintar” yang mempraktekkan tradisi yang dipercayainya. Tentu hal ini sangat sulit dipercaya jika dibandingkan dengan kemajuan teknologi saat ini. Dipercaya juga bahwa cara kerja para pawang hujan ini diluar nalar, orang bilang mereka memiliki ilmu gaib untuk mengendalikan hujan atau cuaca dengan cara berkomunikasi entah dengan apa atau siapa.

Biasanya sebelum melakukan aksinya seorang pawang hujan akan melakukan meditasi terlebih dahulu, katanya sih untuk berkomunikasi dengan alam. Tujuannya untuk menyampaikan maksud sang pawang, meditasi juga dimaksudkan untuk  menyatukan hati dan pikiran dengan alam agar ada keselarasan. Adapun sarana yang biasa dibawa oleh sang Pawang adalah Dupa, cabai, dan bawang. Cabai dan bawang biasanya akan ditusukan ke tanah sebagai pemberi tahu kepada alam bahwa ditempat tersebut sedang ada hajatan.

Mengacu pada apa yang dilakukan Rara Istiati Wulandari, banyak hal-hal unik yang merupakan kekayaan budaya di Indonesia juga perlu ditampilkan ke permukaan untuk mendukung sektor pariwisata. Seperti halnya di daerah Banten ada kesenian Debus, dimana kesenian ini dilakukan dengan cara menusukkan benda tajam ketubuh para pemainnya. Atau di daerah Toraja ada ‘mayat berjalan’ yang disebut  Ma’nene. Belum lagi kesenian-kesenian dari daerah lain yang cukup unik. Memang kesenian-kesenian seperti ini tidak akan pernah bisa dinalar secara logika, tapi justru itulah keunikannya. Kita harus bangga akan semua itu, ini bukti bahwa Indonesia kaya akan budaya, kita tidak perlu malu untuk menampilkannya di depan masyarakat dunia. Karena setiap negara tentu memiliki budayanya sendiri-sendiri. 

Keberadaan Pawang Hujan merupakan salah satu bagian kekayaan budaya  yang ada di Indonesia. Tradisi tetaplah tradisi walaupun penuh dengan kontradiksi. Dan budaya tetaplah budaya, bagi yang yakin akan tetap yakin bagi yang tidak percaya tidak ada paksaan untuk mempercayainya, yang diperlukan adalah saling menghormati terhadap tradisi dan budaya itu sendiri. Karena kita hidup di Indonesia dimana budaya dan tradisi hidup berdampingan seiring dengan kemajuan teknologi, malah kita wajib bangga karena semua itu menunjukkan kekayaan budaya bangsa kita. 

Salam toleransi. 
(Penulis adalah Mahasiswi Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi, Bandung Jawa Barat, Jurusan Hubungan Internasional Semester 6)


 

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

Berita Terkait
Adian Napitupulu-1684641334
bulog-1679986492
x|close