Nusantaratv.com - Tulisan tentang mummi Tutankhamun dan kutukannya sudah banyak ditulis di berbagai media. Hingga kini banyak orang bertanya tentang kebenaran dari kutukan tersebut.
Sebenarnya, tidak ada prasasti ataupun manuskip yang menyinggung soal kutukan yang benar-benar ditemukan di makam itu.
Namun, serangkaian kematian dalam tahun-tahun berikutnya dari berbagai anggota arkeolog tim Carter dan pengunjung (yang dimaksud adalah orang-orang yang sempat mengunjungi situs makam itu setelah digali) memunculkan dan menghidupkan kisah tentang kutukan, terutama dalam kasus kematian karena kekerasan atau sebab-sebab lain yang tidak wajar
Peristiwanya dimulai pada tanggal 26 November 1922. Pada tanggal itu, bagi kebanyakan orang di dunia adalah hari yang biasa, seperti layaknya hari-hari yang lain. Namun untuk para arkeolog, tanggal itu menjadi hari paling bersejarah. Pasalnya pada tanggal itu makam Firaun Mesir Tutankhamun pertama kali ditemukan setelah tersembunyi dalam tidur nyenyaknya selama 3000 tahun.
Baca Juga: Resmi! Jokowi Lantik Jenderal Andika Perkasa jadi Panglima TNI
Usai penemuan makam tersebut beredar asumsi yang mengatakan kalau Raja Tutankhamun telah menyiapkan kutukan yang akan menyerang siapa pun yang mengganggu tidur panjangnya. Seram banget ya kalau misalkan asumsi itu benar?
Asumsi itu berkembang menjadi mitos berbau mistis yang mulai dipercaya kebenarannya setelah terjadi beberapa kematian misterius dialami para arkeolog yang terlibat dalam penggalian makam raja Mesir kuno itu.
Di bawah ini beberapa arkeolog yang menemui ajalnya tak lama setelah terlibat dalam penggalian makam Tutankhamun. Apakah kematiannya karena mitos kutukan atau bukan, inilah misteri yang masih menjadi tanda tanya hingga kini.
1. Lord Carnarvon (George Herbert)
George Herbert atau 5th Earl of Carnarvon adalah bangsawan yang membiayai proyek arkeologi penggalian makam Tutankhamun. Ia adalah orang yang paling berpengaruh dalam ekspedisi tersebut. Dan malangnya, ia pula orang pertama yang meninggal akibat kutukan raja Tut.
Baca Juga: Dilantik Jadi Panglima TNI Siang Ini, Intip Profil Singkat Jenderal Andika Perkas
Herbert tak sengaja merobek gigitan nyamuk saat tengah bercukur, dan tak lama kemudian menghembuskan napas terakhirnya karena keracunan darah. Kematian Carnarvon terjadi beberapa bulan setelah media mulai melaporkan tentang “kutukan mumi”, yakni kutukan yang menimpa siapa saja yang berani mengganggu mumi di tempat peristirahatannya. Desas-desus mengatakan ketika Carnarvon meninggal di Mesir, semua lampu di tempat singgahnya secara misterius padam. Bahkan anjing keluarga Carnarvon juga mati setelah melolong kesakitan tanpa diketahui penyebab pastinya.
Misteri yang menyertai kematian Carnarvon pun tidak berhenti sampai di situ. Pada malam Carnarvon meninggal, entah mengapa seluruh lampu di kota Kairo tiba-tiba padam. Keesokan paginya dua mayat pria ditemukan. Belakangan diketahui dua mayat itu adalah warga Mesir yang bekerja dengan Howard Carter di penggalian makam Tutankhamun.
2. Howard Carter dan kolega-koleganya
via aquiziam.com
Dipekerjakan oleh Lord Carnarvon pada tahun 1914, Howard Carter merupakan arkeolog yang memimpin ekspedisi penemuan makam Tutankhamun. Ia bekerja bersama asistennya, Richard Bethell, dan beberapa arkeolog lainnya, di antaranya yakni Arthur Mace, Hugh Evelyn-White, dan James Henry Breasted. Meskipun Carter adalah orang yang pertama kali masuk ke makam Raja Tut, ia adalah orang yang paling beruntung di antara rekan-rekannya.
Baca Juga: 450 Warga Terluka Akibat Serangan Kalajengking dan Ular Berbis
Dalam kurun waktu 12 tahun, rekan kerja Carter mengalami kejadian tragis. Richard Bethell dan Evelyn-White mati bunuh diri, Arthur Mace keracunan arsenik, sedangkan James Henry Breasted menemukan burung kenarinya mati dimakan ular kobra di sangkarnya. Bahkan pangeran Mesir waktu itu, Ali Kemal Fahmy Bey, tewas ditembak istrinya pada tahun 1923 setelah mengunjungi proyek ekskavasi yang dipimpin Carter.
Carter sendiri tak pernah mengalami penyakit misterius atau peristiwa mengerikan seperti koleganya. Ia meninggal karena limfoma (kanker kelenjar getah bening) pada usia 64 tahun.
3. George Jay Gould
via commons.wikimedia.com
Gould adalah seorang pemodal dan eksekutif kereta api kaya dari Amerika yang mengunjungi makam Tutankhamun pada tahun 1923. Tak lama setelah pulang dari situs itu, ia jatuh sakit. Nahas, Gould tak kunjung sembuh dari sakitnya, sebelum akhirnya meninggal karena pneumonia beberapa bulan kemudian.
4. Sir Archibald Douglas Reid
via dailystar.co.uk
Reid bukan seorang arkeolog. Ia juga tak terlibat dalam penemuan mumi Tutankhamun. Tapi, sepertinya kutukan Tut tidak hanya menimpa orang-orang yang membongkar makamnya saja. Reid adalah radiologis yang bertugas untuk merontgen jasad sang Raja sebelum diserahkan kepada museum. Ia jatuh sakit keesokan harinya dan meninggal tiga hari kemudian.
Baca Juga: Model Cantik Ini Dilamar dengan Mahar 200 Unta
Selain nama-nama yang disebutkan sebelumnya, ada lagi beberapa orang yang diduga menjadi korban kutukan mumi, di antaranya:
- Sir Lee Stack (pejabat Mesir)
- Aubrey Herbert (adik Lord Carnarvon)
- Aaron Ember (egyptologist dari Hopkins University)
- Sir Bruce Ingham (teman Howard Carter)
- Edgar Steele (pengirim artefak London’s British Museum)
- Lord Westbury (ayah dari asisten Howard Carter)
Apakah “kutukan Tutankhamun” benar-benar ada?
Berita tentang tentang kutukan Tutankhamun mulai menyebar di media massa ketika satu per satu arkeolog meninggal tak lama setelah makam itu dibuka. Waktu itu kutukan Raja Tut jadi topik yang sensasional, walaupun mungkin tak seheboh berita soal video challenge viral atau perceraian artis di zaman sekarang.
Tapi apakah benar mereka mati karena kutukan? Kalau kita memakai rasionalitas, tentu saja itu nggak benar.
Dokter Benjamin Radford dari Livescience berpendapat kalau kutukan Tutankhamun bisa jadi bermula dari Howard Carter sendiri. Menurutnya, Carter sengaja memanfaatkan kepercayaan orang Mesir tentang “makam terkutuk”, lalu membeberkannya ke media massa supaya mereka terus mengikuti perkembangan penemuan bersejarahnya. Carter dan timnya juga berharap tak ada penyusup yang berani memasuki makam jika tahu tentang keberadaan kutukan tersebut.
Baca Juga: Sosok Dudung Abdurachman, KSAD Keturunan Sunan Gunung Jati Cirebon
Kematian rekan-rekan kerja Carter memang benar adanya, tapi juga bisa dijelaskan secara logis. Banyak peneliti yang percaya bahwa surat kabar kala itu terlalu mendramatisir kematian para anggota tim ekspedisi Carter. Mereka berlomba-lomba memuat berita yang sensasional atas nama pasar. Wajar saja, sensasionalisme dalam dunia jurnalistik pada masa itu masih cukup kental (walaupun zaman sekarang juga masih ada sih). Terbukti hanya segelintir orang dari puluhan anggota Carter yang meninggal setelah ekspedisi tersebut. Sedangkan sebagian besar dari mereka meninggal pada umur yang wajar, sekitar 60-70 tahun.
Lalu bagaimana kita menjelaskan beberapa korban yang mati secara misterius?
Ah, orang yang pertama kali meninggal dan menjadi headline surat kabar adalah Lord Carnarvon. Pemberitaan itu sangat menghebohkan sebab disertai embel-embel “listrik di seluruh Kairo padam”. Namun faktanya, kesehatan Lord Carnarvon memang sedang buruk bahkan sebelum ekspedisi Tutankhamun dimulai. Ia kemudian meninggal karena penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Fisikawan dan ahli biologi dari Universitas Kairo juga berpendapat kalau di makam raja Tut terdapat spesies jamur yang jika terhirup akan menimbulkan gangguan kesehatan. Jamur ini bisa hidup ribuan tahun lamanya di dalam ruangan tertutup seperti makam Tutankhamun.
Demikian misteri kutukan raja Tut beserta kupasannya. Masih penasaran? Silahkan datang ke Mesir untuk membuktikannya.
Sumber: selipan.com