Sejatinya, formasi 2-7-2 pertama kali diterapkan oleh Thiago Motta pada tahun 2018 saat dirinya membesut Spezia. Kala itu, banyak pihak yang menilai taktik tersebut rumit dan sangat ekstrim.
Akan tetapi Thiago Motta yang menciptakan taktik tersebut memiliki cara pandang posisi pemain yang berbeda dari para pelatih lainnya.
Dalam sepak bola, para pelatih biasa menerapkan sebuah formasi dari belakang ke depan saat menyerang, begitu juga sebaliknya saat bertahan.
Namun, Thiago Motta berbeda. Ia lebih suka memainkan si kulit bundar dengan gaya formasi dari kiri ke kanan serta kanan ke kiri yang membuat pergulatan di lini tengah hingga membuat celah yang akhirnya menjadi sebuah peluang untuk menusuk pertahanan lawan.
Pada prakteknya formasi 2-7-2 racikan Motta tak jauh berbeda dengan 4-2-3-1 atau 4-1-4-1 yang juga sering dipakai Bologna. Bedanya pada formasi ini Motta punya tugas khusus untuk kiper dan penyerang.
"Saya tidak suka dengan angka-angka di lapangan karena bisa menipu. Anda bisa menjadi sangat ofensif dengan 5-3-2 dan bertahan dengan 4-3-3," kata Motta.
"Tergantung pada kualitas para pemain. Saya pernah bermain dengan bek sayap akhirnya bermain sebagai nomor 9 dan 10. Penjaga gawang dihitung sebagai salah satu dari tujuh lini tengah. Bagi saya, penyerang adalah bek pertama dan penjaga gawang adalah penyerang pertama," ungkap Motta.