Coldplay dan Fenomena FOMO

Nusantaratv.com - 12 Mei 2023

Band Coldplay/Instagram
Band Coldplay/Instagram

Penulis: Alamsyah

Nusantaratv.com - Masih enam bulan lagi band Coldplay manggung di Indonesia. Netizen Indonesia sudah heboh di media sosial.

Warganet yang umumnya penikmat Coldplay sudah memosting poster, harga tiket, bahkan yang lebih seru lagi memosting kenangan mereka akan lagu-lagu Chris Martin Cs.

Saat Coldplay mau manggung untuk kali pertama di Indonesia, saat itulah muncul fenomena FOMO.

Mengapa istilah FOMO ini menggema ketika band asal Inggris tersebut mau manggung ke Indonesia? 

Agak aneh rasanya istilah FOMO ini digaungkan ketika Coldplay mau manggung. 

Karena kalau kita memaknai pengertian FOMO, istilah itu sebenarnya berlaku umum.

FOMO sendiri kepanjangan dari istilah berbahasa Inggris Fear Of Missing Out. Mereka yang masuk dalam katagori FOMO ini mempunyai sifat takut tertinggal akan tren, gosip dan aktivitas viral, khususnya di media sosial.

Memang pada konser BLACKPINK sebelumnya, kaum FOMO sudah bermunculan. Tetapi itu tidak begitu terjadi pada konser Lenka atau Dream Theater. Kedua konser penyanyi serta band yang sejatinya "sekelas" dengan Coldplay itu terkesan 'adem ayem' saja.

Bila kelompok FOMO itu sudah 'gaduh' menjelang enam bulan kedatangan Coldplay, barangkali jika menilik bagaimana popularitas Coldplay, itu bisa dimaklumi. 

Namun jika kelompok FOMO ini hanya sebatas 'ikut-ikutan', yang ada malah makin ramai beranda media sosial dengan postingan mereka. 

Sejatinya, sebagai band yang didirikan tatkala Indonesia mengalami krisis moneter (1997), Coldplay adalah band yang populer sekali pada masanya. 

Bahkan sekelas band Oasis yang dibentuk lebih dahulu dari Coldplay (1991) atau Radiohead (1985), kedua band tersebut acap dibanding-bandingkan dengan Coldplay, dalam ranah aliran musik mereka bertiga.

Chris Martin kemudian memproklamirkan musik band mereka sebagai sebagai 'limestone rock'. Sementara Oasis dan Radiohead disebut memiliki aliran pada umumnya 'hard rock'.

Terlepas bahwa Coldplay senantiasa dibanding-bandingkan dengan Oasis maupun Radiohead, faktanya rencana kedatangan mereka ke Tanah Air sudah menggema sejak saat ini.

Hanya saja, kendati terbilang masih cukup lama tampil di GBK, Netizen Indonesia sudah dilanda fenomena FOMO tersebut. 

Menariknya, fenomena itu juga ikut dilontarkan publik figur sehingga membuat rencana kehadiran Coldplay sudah bergema sejak saat ini.

Fenomena FOMO yang digaungkan di media sosial maupun di media maenstream, tentunya menjadi keuntungan sendiri bagi pihak penyelenggara konser, yakni PK Entertainment. 

Setidaknya gelombang FOMO ini bisa menyedot animo penonton yang secara generasi berada di generasi milenial, dimana mereka tidak mengalami masa-masa awal berdirinya Coldplay. 

Secara positif kita bisa memaknai fenomena FOMO tersebut l sebagai keuntungan, baik mungkin bagi Coldplay sendiri, maupun bagi penyelenggara. 

Namun bila kita memaknai Fenomena secara umum, Przybylski et all, pada 2013 mencirikan fenomena FOMO ini yakni adanya keinginan yang besar untuk tetap terus terhubung dengan informasi tentang apa yang sedang dilakukan oleh orang lain di dunia maya.

Artinya kaum atau kelompok FOMO ini takut sekali jika tak mengetahui trends apa yang sedang terjadi di sosial media. 

Mereka harus senantiasa harus  terhubung dengan 'semesta' virtual, dan apabila itu tidak dilakukan maka akan 'sakit' yang dirasakan mereka.

Ciri utama kelompok FOMO ini salah satunya disebutkan tak bisa terlepas dari gadget. Bisa dibilang selama 24 jam, waktu mereka 'menyatu' dengan gadget.

Maka tak heran bila mereka yang memiliki rasa takut akan kehilangan momentum peristiwa viral atau trending, maka mereka akan terus memantaunya di gadget masing-masing.

Dan berita kehadiran Coldplay itu pun mereka tangkap sebagai bentuk kegembiraan. Maksudnya, dengan mereka berusaha mengikuti trends kehadiran Coldplay (terlepas dari rasa tahu akan band tersebut), mereka sudah merasakan satu kesenangan bisa mengikuti rencana kehadiran Chris Martin cs.

Impact dari postingan mereka pun berdampak langsung. Boleh jadi teman-teman mereka atau warganet pada umumnya merespon postingan itu, lalu menciptakan lagi kelompok FOMO dimana-mana.

Sebenarnya fenomena FOMO ini untuk hal apapun yang 'berbau' viral maupun trending. Namun jika yang sedang viral itu adalah band yang sangat dinantikan, rasanya tingkat fenomena FOMO tersebut makin besar dan tinggi. 

Gelombang warganet yang 'mengidap' fenomena FOMO sesungguhnya berhadapan dengan kelompok yang disebut JOMO atau Joy of Mising Out.

Istilah itu adalah kebalikan dari FOMO. JOMO mengacu pada bagaimana manusia mengambil momentum secara sadar untuk terlepas dari dunia internet dan mengalami suatu hidup tanpa tergantung pada internet, begitu Crook menulis pada 2015.

Yang menjadi pertanyaan besar, apakah fenomena FOMO ini bagus untuk generasi saat ini? Ya, tentunya kita kembali lagi kepada segi kebermanfaatan dari media sosial itu. Seperti pisau, apakah ia akan dipakai untuk mengupas kulit apel untuk disantap sambil nonton Coldplay atau dipakai untuk hal-hal yang bisa melukai hati serta perasaan warganet lainnya.

Selamat menonton konser Coldplay

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])