Jakarta, Nusantaratv.com-Organisasi Negara Islam Indonesia (NII) dikabarkan berhasil merekrut dan membaiat 59 warga Garut menjadi anggotanya. NII adalah organisasi yang menganggap Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak sesuaidengan ajaran Islam (thogut).
Menindaklanjuti hal ini, Kementerian Agama telah menerjunkan tim Badan Litbang dan Diklat untuk berkoordinasi dengan Kanwil Kemenag Jawa Barat untuk mengkaji aktivitas rekrutmen NII dalam pengajian masyarakat di Garut.
Staf Khusus Menteri Agama Mohammad Nuruzzaman mengatakan berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan pola rekrutmen NII dilakukan melalui pengajian.
"Kami memang mendapat informasi terkait rekrutmen itu, dan polanya melalui pengajian. Ini sedang kita kaji dan dalami," kata Nuruzzaman mengutip detik, Senin (11/10/2021).
"Hasil kajian ini nantinya akan disampaikan juga kepada Polri, Kemendagri, dan Kemenko Polhukkam untuk ditindaklanjuti sesuai kewenangannya," imbuhnya.
Di samping itu, Kemenag juga akan melakukan pendampingan kepada sejumlah masyarakat yang telah menjadi korban baiat. Kemenag akan memberikan edukasi dan pencerahan terkait relasi agama dan negara, serta pentingnya penguatan moderasi beragama bagi korban baiat.
Baca juga: Militer AS: 6 Bulan ISIS-Al Qaeda di Afghanistan Bisa Bangkit
"Kita akan melakukan pendampingan terhadap masyarakat yang menjadi korban baiat. Mereka tentu perlu mendapat pencerahan tentang relasi agama dan negara, serta penguatan moderasi beragama," ujarnya.
Guna mencegah berkembangnya paham-paham beragama yang bertentangan dengan konstitusi, Kemenag terus berupaya memperkuat moderasi beragama kepada masyarakat.
Moderasi beragama merupakan cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan berdasarkan prinsip adil, berimbang dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.
"Moderasi beragama bukanlah upaya memoderasikan agama, melainkan memoderasi pemahaman dan pengalaman kita dalam beragama," tutur Nuruzzaman.
"Setidaknya ada empat indikator moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, serta penerimaan terhadap tradisi. Ini yang akan kita kuatkan," tambahnya.