Tahun Kedua Pandemi Covid-19, Begini Suasana Malam Natal di Betlehem

Nusantaratv.com - 25 Desember 2021

Lampu menghiasi Gereja kelahiran Yesus di Betlehem pada malam Natal 2021, tahun kedua di bawah bayang-bayang pandemi Covid-19. (AFP)
Lampu menghiasi Gereja kelahiran Yesus di Betlehem pada malam Natal 2021, tahun kedua di bawah bayang-bayang pandemi Covid-19. (AFP)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Di Manger Square Bethlehem, pengunjung mengenakan topi Santa bersama sekawanan pramuka menabuh genderang menandai Malam Natal pada Jumat (24/12/2021).

Tetapi lebih sedikit orang yang hadir karena ketakutan akan virus corona (Covid-19) menutupi perayaan untuk tahun kedua. Kota di mana umat Kristiani percaya Yesus dilahirkan ini, biasanya menjadi titik fokus liburan, dengan ribuan orang memadati jalan-jalan dan memenuhi hotel.

Tetapi Israel, yang mengontrol semua pintu masuk ke Betlehem di Tepi Barat yang diduduki, melarang perbatasannya bagi orang asing dalam upaya mengendalikan infeksi dari virus baru Covid-19 varian Omicron.

"Ini sangat aneh," kata Kristel Elayyan, seorang wanita Belanda yang menikah dengan seorang Palestina, yang datang ke Betlehem dari Yerusalem, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (25/12/2021).

"Sebelum (pandemi), Anda memiliki banyak orang yang datang dari berbagai negara untuk merayakan Natal, dan sekarang Anda tahu jika semua orang yang ada di sini mungkin bukan turis," tambahnya.

Tahun lalu, Betlehem membatasi perayaan dengan ketat karena pandemi, dengan penerangan pohon virtual dan hanya segelintir orang yang berkunjung. Tahun ini, perayaannya tentu lebih semarak, tetapi masih hanya sebagian kecil dari ukuran biasanya.

"Kalau satu tahun, itu pengalaman yang menarik," jelas Elayyan tentang pandemi.

"Tetapi karena ini adalah tahun kedua dan kami tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, ini adalah kerugian besar bagi warga di sini," imbuhnya.

Namun menurut menteri pariwisata Palestina Rula Maayah, berkat vaksin telah membuat Betlehem bisa kembali merayakan (Natal). Rata-rata, Kota Betlehem menyambut tiga juta pengunjung setahun sebelum pandemi, dengan Natal saja menarik 10.000 orang ke hotel-hotel kota, sekitar setengahnya berasal dari luar negeri.

Pemerintah kota mengatakan pihaknya bekerja tahun ini untuk menarik pengunjung lokal dari komunitas Palestina di seluruh Tanah Suci. Beberapa hotel masih terlihat sibuk, tetapi sekitar seperempat kamar yang tersedia di seluruh kota ditutup karena pandemi, kata Elias Arja, kepala Asosiasi Hotel Palestina.

Beberapa tempat usaha memilih tutup pada hari Jumat, meskipun Malam Natal menjadi hari terpenting tahun ini bagi Betlehem. Di dalam Gereja Kelahiran (Nativity) pengunjung bahkan dapat bermeditasi hampir sendirian di gua tempat Yesus dikatakan telah dilahirkan.

"Tentu saja ada bagian egois di mana saya menyukainya, karena bisa melihat tempat ini begitu kosong. Tetapi di sisi lain Anda merasa kasihan untuk toko-toko di sekitar, semua uang mereka hilang," kata Hudson Harder, seorang mahasiswa Amerika berusia 21 tahun di Universitas Hebrew di Yerusalem.

Beberapa langkah dari basilika, gambar Paus Yohanes Paulus II dan Paus Fransiskus menutupi bagian depan toko yang menjual patung kayu zaitun berukir dan pemandangan kelahiran Yesus.

Pemiliknya, Victor Epiphane Tabash mengatakan, ini adalah Natalnya yang ke-57 di belakang konter. Baginya, seperti banyak pemilik toko di sekitar Manger Square, "tidak ada yang bisa dikatakan tentang Natal".

"Hanya pramuka yang memberikan sedikit perasaan liburan," katanya, ketika pasukan pramuka berseragam berbaris melewatinya, menyanyikan lagu-lagu Natal dengan drum, terompet, dan bagpipe.

Tabash mengatakan dia mempertahankan bisnisnya selama pandemi dengan mengekspor, karena tidak ada pelanggan yang datang untuk membeli secara langsung. Dia membandingkan pandemi dengan dua peperangan Palestina sebelumnya, atau intifada.

"Kami tetap bertahan hidup melalui intifada, perang. Tetapi Covid-19 lebih buruk," katanya.

Sementara itu, Maram Saeed, seorang wanita Palestina dari Yerusalem, berfoto selfie dengan suami dan dua anaknya di depan pohon Natal yang menjulang tinggi yang dihiasi dengan bola merah dan emas yang bersinar.

Saeed mengatakan itu adalah saat yang menyenangkan setelah beberapa hari mengalami depresi. "Ini tidak seperti tahun biasanya, kami memiliki ketakutan yang terburuk, kami masih takut Covid," urainya.

"Ketika ada perang, kami tahu musuh, dan kami tahu siapa yang kami lawan. Tetapi dengan Covid, itu adalah musuh yang sangat kecil yang tidak kami lihat, jadi lebih buruk," tukas Saeed.

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close