Nusantaratv.com - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan menghina Nabi Muhammad bukan termasuk bentuk kebebasan berekspresi.
Kebebasaan sejatinya harus menghormati setiap orang yang perasaannya bisa terpengaruh, kata Putin pada konferensi pers tahunannnya.
"Apa yang menghina Nabi Muhammad? Apakah ini kebebasan berkreasi? Saya kira tidak. (Penghinaan terhadap Nabi Muhammad) adalah pelanggaran kebebasan beragama dan pelanggaran perasaan suci orang-orang yang memeluk Islam, dan ini menghidupkan yang lain, bahkan lebih, akut dan manifestasi ekstremis," kata Putin, dikutip dari kantor berita TASS, Minggu (26/12/2021).
Putin mengatakan, umat dan para pemimpin dunia Islam harus mengingatkan tentang hal tersebut kepada petinggi-petinggi negara non-Muslim. Dia menilai hal itu merupakan salah satu upaya untuk melawan Islamofobia. Putin mengaku menghormati dan mengapresiasi kebebasan artistik secara umum. Namun, dia memperingatkan, hal itu memiliki batas dan tak boleh melanggar kebebasan lain.
Putin juga mengatakan bila tindakan ini menimbulkan pembalasan ekstremis. Dia mencontohkan serangan terhadap kantor redaksi majalah Charlie Hebdo di Paris setelah penerbitan kartun nabi.
Dalam kesempatan itu, Putin juga menekankan penghormatan yang sama harus ditunjukkan untuk mengenang orang-orang yang berperang dalam Perang Dunia II melawan Nazi Jerman, dan dalam hal ini memposting potret pemimpin Nazi Jerman Adolf Hitler di situs web yang memperingati kontribusi para prajurit terhadap kemenangan dalam perang ini tidak dapat diterima.
Putin menjelaskan, Rusia sudah berkembang menjadi negara yang beragam, Warga Rusia, kata dia, terbiasa menghormati tradisi satu sama lain. Kendati demikian, Putin melihat, budaya menghormati perbedaan seperti yang berlangsung di Rusia, tak terlihat di sejumlah negara lain di dunia.
"Rusia dibentuk sebagai negara multinasional dan multi-pengakuan, dan pada dasarnya kita terbiasa memperlakukan kepentingan dan tradisi satu sama lain dengan hormat. Ini memang basis keberadaan yang sangat kuat, dasar yang kokoh bagi keberadaan Rusia sebagai negara multinasional," tukas Putin.