Mantan Pemimpin Rusia Sebut AS Jadi Arogan Setelah Runtuhnya Uni Soviet

Nusantaratv.com - 25 Desember 2021

Mantan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev. (The Nation)
Mantan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev. (The Nation)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Mantan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada Jumat (24/12/2021) mengatakan Amerika Serikat (AS) menjadi 'arogan dan percaya diri' setelah runtuhnya Uni Soviet. Ini membuat Negara Paman Sam itu mendorong perluasan aliansi militer NATO.

Dalam beberapa tahun terakhir Presiden Vladimir Putin semakin bersikeras mengatakan NATO melanggar dengan semakin mendekati perbatasan Rusia. Pekan lalu, Moskow menuntut 'jaminan hukum' bila aliansi yang dipimpin AS itu menghentikan ekspansi ke arah timur.

"Bagaimana seseorang dapat mengandalkan hubungan yang setara dengan Amerika Serikat dan Barat dalam posisi seperti itu," kata Gorbachev kepada kantor berita negara RIA Novosti pada malam peringatan pengunduran dirinya sebagai pemimpin Uni Soviet, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (25/12/2021).

Diketahui, Gorbachev mengundurkan diri sebagai Presiden Uni Soviet pada 25 Desember 1991, beberapa hari setelah para pemimpin Belarus, Rusia dan Ukraina mengatakan Uni Soviet tidak ada lagi.

Lebih Lanjut, Gorbachev mengungkapkan, ada perasaan kemenangan di Barat, terutama di AS setelah jatuhnya Uni Soviet pada 1991. "Mereka menjadi arogan dan percaya diri. Mereka mendeklarasikan kemenangan dalam Perang Dingin," ujar pria berusia 90 tahun itu.

Dia bersikeras menyatakan dunia bisa keluar dari konfrontasi dan perlombaan nuklir adalah berkat usaha bersama Moskow dan Washington. Karena itu, menurutnya, AS seharusnya tidak membangun 'kerajaan baru', di mana pernyataan ini merujuk pada ekspansi NATO.

Kendati demikian, Gorbachev menyambut baik pembicaraan keamanan yang akan datang antara Moskow dan Washington. "Mudah-mudahan ada hasilnya," imbuhnya.

Pekan lalu Moskow mengajukan tuntutan keamanan besar-besaran kepada Barat, dengan mengatakan NATO tidak boleh menerima anggota baru dan berusaha melarang AS mendirikan pangkalan baru di negara-negara bekas Soviet. 

Putin mengatakan pada Kamis (23/12/2021) Washington telah bersedia membahas tuntutan itu dan pembicaraan bisa terjadi pada awal tahun depan di Jenewa. Seorang pejabat senior AS mengatakan Washington siap melakukan pembicaraan paling cepat awal Januari.

Di sisi lain, Putin, yang mantan agen KGB, kecewa ketika Uni Soviet runtuh. Dia pernah menyebut keruntuhan itu sebagai 'bencana geopolitik terbesar abad ke-20'.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])