Nusantaratv.com - Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama 2023 yang diselenggarakan di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta telah menggodok sejumlah materi pembahasan yang sejalan dengan tema Mendampingi Umat Memenangi Masa Depan yang diusung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf didampingi para Ketua Komisi antara lain Ketua Komisi Bahtsul Masail Qonuniyah--KH. Abdul Ghafar Rozin, Ketua Komisi Bahtsul Masail Maudlu’iyah--KH Abdul Moqsith Ghazali, Ketua Komisi Bahtsul Masail Waqiiyah--KH Hasan Nuri Hidayatullah, Ketua Komisi Organisasi--Dr Muhammad Faesal, Ketua Komisi Program Kerja--Alissa Wahid dan Ketua Komisi Rekomendasi--KH. Ulil Abshar Abdallah menyampaikan perkembangan pembahasan di Munas dan Konbes NU 2023.
“Seperti yang kami sampaikan ada enam komisi yaitu tiga komisi di Munas Alim Ulama dan tiga komisi di Konbes NU,” kata Gus Yahya, di Media Center Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Selasa (19/9/2023).
“Pembahasan dan perumusan di seluruh komisi telah mendekati finalisasi. Tinggal dibawa ke Sidang Pleno untuk disahkan,” imbuhnya.
Selanjutnya, secara bergiliran Gus Yahya meminta para Ketua Komisi di Munas dan Konbes NU 2023 untuk menyampaikan hasil pembahasan di komisi masing-masing.
Ketua Komisi Program Kerja, Alissa Wahid menyampaikan ada beberapa hal yang dibahas Komisi Program dalam Konbes NU 2023 terutama adalah arah pengembangan program strategis ke depan yang pertama terkait dengan tema mendampingi umat memenangi masa depan.
“Kemudian yang kedua ada beberapa perubahan untuk konsolidasi organisasi.
Dan yang ketiga adalah temuan-temuan dari survei terhadap warga Nahdlatul Ulama.
“Jadi warga Nahdlatul Ulama yang jumlahnya sangat besar, jadi hasil survei ini kira-kira selaras dengan apa yang selama ini teman teman media sudah dengar. Kira-kira satu dari dua orang Muslim di Indonesia mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari NU. Karena itu NU sebagai jamiyah sebagai organisasi harus betul-betul memperkuat dirinya supaya kualitas dari satu dari dua orang Muslim di Indonesia ini bisa kita wujudkan,” kata Alissa Wahid yang merupakan putri kandung Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
“Karena itu kemudian, apa yang menjadi kebutuhan warga NU kami perhatikan,” imbuhnya.
Lebih lanjut Alissa Wahid mengatakan yang akan diperhatikan antara lain yang pertama arah pengembangan program itu dengan memperkuat bimbingan keagamaan.
“Karena ini Nahdlatul Ulama adalah organisasi keagamaan. Jadi bagaimana paham Aluhusna Wal Jamaah Anabiyah yang dipegang oleh Nahdlatul Ulama itu betul-betul bisa hidup mewarnai di kehidupan keagamaan di Indonesia,” paparnya.
Sejalan dengan komitmen tersebut, sambung Alissa Wahid, NU akan fokus ke sana memperkuat ini termasuk dakwah digital dan lain lain.
“Pendekatan-pendekatan yang lebih sesuai dengan masyarakat urban karena warga NU yang urban makin banyak. Kalau dulu di desa sekarang di urban,” ucapnya.
Lalu kemudian yang kedua meningkatkan kualitas program dan layanan untuk warga NU terutama di tiga tema yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
“Karena ini yang dibutuhkan oleh warga. Misalnya kita menemukan bahwa warga NU itu satu dari tiga rupanya punya bisnis tapi dari sisi permodalan ternyata permodalan dari perbankan itu hanya sekitar 19 persen. Karena itu menjembatani hal-hal seperti ini penting bagi jam’iyah Nahdlatul Ulama program unggulan Gerakan Keluarga Masahah menjadi ruang untuk mengkonsolidasikan gerakan,” tutur Alissa Wahid.
“Semua kerja-kerja Nahdlatul Ulama sehingga wujudnya langsung terasa untuk warga. Untuk dua hal itu maka diperlukan penguatan organisasi dan kelembagaan tranformasi digital. Kemudian kaderisasi penguatan organisasi itu sendiri dengan berbagai kegiatan-kegiatan konsolidasi internal,” lanjutnya.
“Itu akan terus dilakukan,” imbuhnya.
Alissa Wahid menekankan rumusan yang dihasilkan dari pembahasan di Komisi Program ini adalah arah pengembangan ke depan agar warga NU bisa didampingi untuk mencapai kehidupan dan kemaslahatan yang diharapkan.
“Dan yang kedua agar jamaah dan jam’iyah NU bisa memenangi masa depan dengan tekhnologi dan peradaban digital,” pungkasnya.