Nusantaratv.com - Kasus dugaan penipuan dan penggelapan yang dilakukan oleh direktur serta pemilik CV. Sitka Oceanna Advertising, yakni Sitka Rue Ola mulai berjalan di Polda Metro Jaya. Sebanyak, 14 pengusaha yang melaporkan kasus tersebut dipanggil penyidik untuk dimintai keterangan, Kamis (20/7) kemarin.
Diketahui korban merupakan pengusaha atau pemilik perusahan atau Vendor yang bergerak di bidang pengadaan barang dengan jenis kebutuhan Electrical, IT dan bidang lain.
Dalam keterangannya kepada media, salah seorang korban Yusman Afandy dari PT Bicom Mitra Solusindo mengatakan jika laporan terhadap pelapor sudah dlakukan sejak 2020.
"Laporan terhadap pelaku ini begitu banyak dari tahun 2020 sampai sekarang dan terlapor diduga masih melakukan modus tindakan penipuan dan mencari korban baru. Hal ini dikarenakan tidak adanya tindakan tegas dan efek jera terhadap pelaku terlapor. SRO terkesan kebal hukum dan mengkondisikan perbuatan seakan menjadi kasus perdata padahal modus dan unsur penipuan jelas pidana yg dilakukan oleh tersangka begitu jelas dan berulang ulang dari tahun ke tahun", Jelasnya pada Wartawan saat pemanggilan di Polda Metro Jaya Kamis (20/8).
Yusman menjelaskan Modus pembelian yang dilakukan Terlapor kepada para Vendor yang telah menyepakati transaksi pembelian kemudian melakukan DP (Down Payment) setelah itu tidak di lakukan pelunasan pada saat barang tiba dan berlarut larut penyelesaian pelunasan tidak di bayarkan.
"Para korban telah melakukan upaya musyarawah namun tidak pernah digubris oleh pelaku hingga bertahun-tahun sehingga membuat para korban geram atas tindakan pelaku yang telah mengakibatkan kerugian hampir 2,8 Milyar dari 21 Korban yang melaporkan," jelasnya.
Dilanjutkan Yusman Tak hanya korban materil banyak juga rekan kami yang akhirnya mengalami korban imateril seperti perusahaan yang dipegang suami istri. "akhirnya mereka bercerai karen kerugian itu, lalu ada pula yang bangkrut dan juga menjual rumahnya untuk menutupi hutang," jelasnya.
Di tempat yang sama, korban lain Neneng Nuraeni mempertanyakan, sebagai pelapor /korban tidak mengerti kendalanya dimana. Dari informasi yang terdapat di website Kejaksaan terlihat ada 14 SPDP atas nama pelaku yang sama. Tapi hingga sekarang kasus tersebut tidak pernah masuk ke persidangan.