Nusantaratv.com-Para petani kelapa sawit mengeluhkan masih rendahnya harga TBS sawit pasca dibukanya kembali kran ekspor CPO dan bahan baku minyak goreng oleh pemerintah.
Merespon hal itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyatakan tak percaya saat ini harga tandan buah segar (TBS) sawit masih murah. Sebab, saat ini ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sudah kembali dibuka.
"Jangan katanya, harus ada data. Sekarang DMO-nya sudah terpenuhi, ekspornya dipercepat. Kalau sudah terjadi sebetulnya tidak ada lagi TBS turun. Harganya mahal kok. Masak TBS-nya murah, kalau semua tertib normal kok," kata Zulkifli Hasan, Kamis (16/6/2022).
Zulkifli mengklaim, sesuai mekanisme pasar, harga TBS kembali normal.
"Kemarin setop tidak ada yang beli harganya murah, saya kira ada hukum pasarlah," ujar Ketua Umum PAN itu.
Di sisi lain, data dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyebut jika per 14 Juni 2022 harga tandan buah segar (TBS) sawit masih rata-rata Rp1.700 - Rp2.200 per kilogram (kg) di 22 provinsi. Padahal, harga CPO sudah di angka Rp24.800 per kg.
Baca juga: Petani Sawit 'Menjerit' Harga TBS Sawit Merosot, Harga Pupuk Malah Meroket
Menurut Ketua Apkasindo Gulat Manurung dengan harga CPO sebesar itu, harga TBS seharusnya Rp4.500 - 4.800 per kg.
Gulat mengatakan, harga TBS petani di Malaysia sudah di level Rp5.500 per kg. Selain itu, dia menjelaskan penyebab harga TBS masih rendah meski keran impor dibuka lantara beban domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO). Di samping itu, ada juga pungutan ekspor (PE) US$200 dan bea keluar (BK) US$288 per ton.
"Beban ini tentunya akan ditimpakan kepada petani sawit. Kami usul supaya DMO dan DPO dihilangkan saja, diganti dengan subsidi migor dari dana BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit)," tutur Gulat, mengutip bisniscom.
Gulat mengatakan jika hingga akhir bulan Juni TBS petani tak juga membaik, anggota Apkasindo se-Indonesia akan demonstrasi di depan Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Perekonomian dan Kementerian Pertanian.
"Kalau gak naik harga TBS kami sampai akhir bulan ini, apa boleh buat, kami petani sawit dari Aceh-Papua akan membanjiri kantor Kemendag, Kemeko Ekonomi dan Kementan," pungkas Gulat.