Jakarta, Nusantaratv.com-Kemajuan teknologi informasi di era digital sekarang ini memicu berbagai sektor dunia usaha termasuk dunia perbankan untuk melakukan digitalisasi. Namun digitalisasi juga membuka celah terhadap kemungkinan terjadinya kejahatan perbankan seiring perkembangan digitalisasi.
Untuk mengantisipasi munculnya kejahatan perbankan di tengah perkembangan digitalisasi, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terus melakukan berbagai upaya.
Direktur Information Technology Bank Mandiri, Timothy Utama mengatakan, upaya pencegahan itu dilakukan dengan menerapkan empat layer (lapis) penjagaan pada aspek people, operation, technology, dan deteksi fraud.
Pada lapis people, Bank Mandiri sudah menjadikan pengamanan fraud sebagai budaya perseroan untuk diterapkan baik di internal maupun luar perusahaan.
Di internal, perseroan melakukan awareness yang berkesinambungan ke seluruh pegawai terkait risk, control dan pencegahan fraud secara berkala. Sedangkan ke eksternal, dilakukan edukasi ke nasabah melalui channel layanan dan komunikasi kami secara berkala.
"Awareness ini merupakan perlindungan pertama dan utama, karena seringkali justru ini adalah link yang terlemah," kata Timothy, Kamis (23/12).
Kemudian pada aspek operasional, Bank Mandiri melakukan pengamanan mulai dari design control pada setiap aktivitas dan dieksekusi secara disiplin oleh pegawai. Perseroan juga memonitoring pelaksanaan kontrol secara berkala termasuk di dalamnya melalui proses monitoring kehandalan layanan dan sistem serta rekonsiliasi transaksi dengan pihak terkait.
Baca juga: Transaksi Nasabah Berpotensi Meningkat, BRI Siapkan Dana Rp30,4 Triliun untuk Kebutuhan Nataru
Selanjutnya, pada lapis ketiga, Bank Mandiri memanfaatkan teknologi multilayer mekanisme pertahanan mencegah serangan siber dan melakukan monitoring kuat dengan Security Operation Center (SOC) yang beroperasi selama 7x24 jam.
Timothy menyebutkan, unit kerja di layer ketiga ini didukung dengan tools pendeteksian potensi kejahatan siber yang terjadi sehingga apabila terdapat percobaan kejahatan teknologi maka akan dapat langsung terdeteksi dan diantisipasi.
"Selain itu, terdapat update regular melalui threat intelligence sebagai tambahan aspek we don't know what we don't know serta pelaksanaan cyber rilling secara berkala untuk antisipasi risiko siber," paparnya, mengutip kontanid.
Pada lapis keempat untuk mendeteksi fraud, Bank Mandiri menerapkan kombinasi sistem dan proses untuk mendeteksi aktivitas-aktivitas terindikasi fraud. Perseroan menggunakan fraud detection system yang mampu mendeteksi apabila terdapat anomali transaksi di nasabah.
Timothy menambahkan, tren kejahatan finansial berbasis teknologi semakin meningkat dimana fraudster yang melakukannya tersebar diseluruh dunia dengan memanfaatkan celah keamanan yang ada. Menurutnya, inilah resiko yang paling susah dicegah.
"Hal ini menjadi fokus pada industri perbankan untuk dapat saling berbagi informasi atas percobaan kejahatan yang terjadi agar menjadi pelajaran atas modus baru yang dilakukan dengan harapan dapat dilakukan pencegahan lebih awal sebelum menyebar ke bank lainnya," pungkasnya.