Tokoh Muda NU Tawarkan Solusi Agar Muktamar Tak Gaduh

Nusantaratv.com - 27 Oktober 2021

Abdul Hamid Rahayaan. (Net)
Abdul Hamid Rahayaan. (Net)

Penulis: Mochammad Rizki

Nusantaratv.com - Kondisi Nahdlatul Ulama (NU) dinilai tegang dalam menghadapi Muktamar NU ke-34 di Provinsi Lampung. Ini, kata tokoh muda NU Indonesia timur, Abdul Hamid Rahayaan, terjadi akibat adanya berbagai kepentingan para petinggi NU yang maju sebagai calon Ketua Umum PBNU.

Ditambah, pendekatan masing-masing kubu dalam memperoleh dukungan, yang ia anggap menggunakan gaya dan cara yang kurang elegan, sehingga sangat berpengaruh terhadap keutuhan jam'iyah Nahdlatul Ulama.

"Agar tidak terjadi perpecahan yang dapat mengganggu keutuhan warga nahdliyin, saya menawarkan solusi yang bijak yaitu bagi para kiai dan ulama sepuh untuk mengambil langkah penyelamatan NU dengan mencari figur alternatif untuk memimpin dan mengendalikan NU, dengan catatan mengakomodir dua kubu yang sedang berseteru sehingga tidak ada yang merasa dirugikan atau diuntungkan," ujar Hamid kepada wartawan, Rabu (27/10/2021). 

"Misalnya KH Said Agil diangkat menjadi Wakil Rois Aam, sementara Gus Yahya di angkat menjadi Wakil Ketua Umum," imbuh penasihat pribadi KH Said Aqil ini.

Lebih lanjut, kata Hamid, cara inilah solusi terbaik untuk menghindari perpecahan yang tajam di dalam tubuh NU. Jika langkah tersebut tidak dilakukan dan keadaan ini terus dibiarkan, maka dipandang kehancuran akan terjadi yang disebabkan kedua kubu tidak saling mengalah.                 

"Sebagai orang yang senantiasa mengikuti muktamar NU dari masa ke masa, saya melihat situasinya sangat berbeda dengan muktamar kali ini, karena masing-masing politisi begitu terang-terangan menunjukan warna untuk memperlihatkan arah dan dukungan mereka," ungkap Hamid.

"Sehingga pada saatnya, sudah bisa ditebak dan dinilai jika KH Said Agil Siroj terpilih sebagai ketua umum akan dikendalikan oleh siapa dan dari partai politik mana, sebaliknya Gus Yahya pun demikian akan dipengaruhi oleh politisi dan partai politik tertentu," imbuhnya. 

Maka, untuk menjaga kemandirian NU dan harkat dan martabat organisasi, menurutnya tidak ada kata lain melainkan NU harus terhindar dari permainan politik praktis. NU harus kembali ke ruhnya, yaitu menjalankan politik kebangsaan untuk keutuhan dan keselamatan bangsa dan negara sekaligus melaksanakan ajaran sesuai pedoman yang telah diletakkan oleh pendiri Nahdlatul Ulama 

Atas dasar itulah, ia memandang sebaiknya ada figur pemersatu yang dapat mengayomi serta mampu menghilangkan seluruh perbedaan untuk kebaikan NU, dan seluruh warga bangsa.

"Saya kira inilah jalan tengah yang harus ditempuh untuk kebaikan NU dan bangsa," tandasnya.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])