Nusantaratv.com - Pada rapat umum yang digelar di Washington DC untuk merayakan pelantikan Presiden terpilih Donald Trump pada Senin (20/1/2025), Trump mengadakan pertemuan dengan CEO Apple, Tim Cook.
Menurut Trump, Cook mengungkapkan Apple berencana melakukan investasi besar di AS sebagai respons terhadap kemenangannya dalam pemilihan presiden.
Dikutip dari Phone Arena, Selasa (21/1/2025), Apple, bersama perusahaan teknologi lainnya dan para CEO-nya, bergabung dalam upaya menunjukkan dukungan kepada Trump setelah sebelumnya tidak dapat melakukannya selama masa jabatan pertama presiden tersebut.
CEO Meta, Mark Zuckerberg, CEO Amazon, Jeff Bezos, dan CEO Alphabet/Google, Sundar Pichai, semuanya baru-baru ini bertemu dengan Trump di kediamannya di Mar-a-Lago, Florida.
Pernyataan Trump mengenai investasi Apple di AS mengingatkan pada pernyataan serupa yang dia buat pada Juli 2017 selama masa jabatannya. Saat itu, Trump menyebutkan Apple akan membangun "tiga pabrik besar yang indah".
Namun, pernyataan tersebut menimbulkan kebingungannya, karena Apple kemudian menyatakan tidak ada proyek semacam itu yang sedang dibahas dengan presiden, dan tidak ada rencana untuk membangun pabrik-pabrik tersebut.
Meskipun komentar Trump kali ini mengingatkan pada insiden sebelumnya, situasi kali ini terasa berbeda. Para pemimpin teknologi tampaknya lebih tertarik untuk bekerja sama dengan Trump, meskipun Apple dan Cook tidak selalu sepaham dengan kebijakan Trump.
Selama masa jabatan pertama Trump, Cook sempat bergabung dengan Dewan Penasihat Kebijakan Tenaga Kerja Amerika, sebuah langkah yang menunjukkan meskipun ada perbedaan, keduanya tetap dapat berkolaborasi dengan baik.
Selain itu, hubungan dekat dengan pemerintahan Trump juga menguntungkan bagi Apple. Selama periode puncak perang dagang antara AS dan China, produk utama Apple, iPhone, berhasil menghindari tarif tambahan yang diterapkan pada barang-barang asal China.
Perusahaan-perusahaan teknologi besar dan para eksekutifnya tampaknya semakin mendekatkan diri kepada Trump, mungkin karena mereka ingin mempertahankan hubungan baik demi kepentingan bisnis mereka, atau karena merasa ada potensi keuntungan dari bekerja sama dengan pemerintahan Trump kali ini.