Setelah mengetahui hal itu, Nova Arianto menegaskan kalau Shin Tae-yong dan staf pelatih Timnas Indonesia lainnya langsung bertindak agar masalah tersebut segera mencair.
Salah satunya dengan memberikan nama di setiap meja makan secara acak. Hal itu dilakukan agar para pemain lokal dan naturalisasi duduk semeja dan saling membuka komunikasi
"Tapi di TC Turki. Kita sebagai staf pelatih mengambil sikap apa yang sebenarnya bisa membuat mereka menjadi satu," ujar Nova Arianto.
"Akhirnya kita membuat peraturan waktu itu kita kasih nama di meja makan. Di situ ada Jordi, Ridho, sebelahnya ada Shayne, lalu ada Asnawi. Jadi satu meja bisa dua atau tiga orang pemain, semuanya menjadi satu," jelasnya.
"Jadi itu yang membuat tim mulai berubah. Akhirnya mau tidak mau mereka harus ngobrol. Itu yang apa yang kita coba buat agar pemain naturalisasi dengan pemain asli Indonesia bisa jadi satu," lanjutnya.
Selain itu, Nova Arianto juga rutin berkomunikasi dengan para pemain terutama para senior agar masalah tersebut segera tuntas, meski sebenarnya para pemain mengaku tak ada masalah apapun, tetapi Ia merasa ada masalah chemistry antar pemain yang harus dibenahi.
"Sebelum itu saya memanggil si Klok, Jordi, Asnawi, Dendy, dan para pemain senior, saya ingin tahu apa yang bisa kita lakukan untuk tim ini bisa menjadi satu," ujar Nova Arianto.
"Karena kalau dari mereka bicara 'sebenarnya tidak ada masalah coach, kita dengan pemain ini juga tidak ada masalah', dan menurut kami tidak ada masalah. Tapi chemistry itu adalah Asnawi itu sukanya apa sih, Jordi itu sukanya bola apa. Itu menjadi concern. Jadi, itu yang kita coba biar komunikasinya lebih lancar dan bersyukurnya itu berhasil," ungkap Nova Arianto.