Nusantaratv.com - Pekan Esports pertama yang diselenggarakan oleh Olimpiade, Olympic Esports Week, digelar di Singapura, Kamis, namun pejabat Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengatakan saat ini tidak ada rencana untuk memasukkan video game ke dalam program Olimpiade.
IOC secara resmi mengakui esport sebagai olahraga pada 2017, dan telah berdiskusi dengan para pelaku industri tentang inklusi di panggung paling bergengsi itu.
Esport akan menjadi olahraga yang memperebutkan medali untuk pertama kalinya di Asian Games mendatang di Hangzhou.
Menurut Kepala Olahraga Virtual IOC Vincent Pereira, seperti disiarkan AFP, Kamis, acara yang berlangsung empat hari di Singapura itu adalah "langkah pertama" dalam menyatukan komunitas esport dan komunitas olahraga.
Pereira mengungkapkan ada lebih dari 20.000 tiket telah dicetak, dan 131 pemain datang dari 64 negara.
Namun, dia mengatakan saat ini "tidak ada diskusi tentang mengintegrasikan esport tradisional dan video game ke dalam program Olimpiade".
"Saya pikir hari ini kami tidak berada pada tahap ini, kami tidak memikirkannya," ujar Pereira.
Menurut dia, ada kemungkinan bahwa "olahraga aktif virtual," seperti bersepeda atau taekwondo dapat menjadi bagian dari program Olimpiade suatu hari nanti.
"Kesempatan untuk mengintegrasikan olahraga virtual ke dalam program Olimpiade adalah sesuatu yang telah kami diskusikan dengan beberapa federasi dan peluang selanjutnya adalah LA (20)28, tetapi untuk saat ini kami sedang menjajaki diskusi," kata Pereira.
Banyak komunitas game bingung karena banyak dari judul game yang banyak dimainkan tidak menjadi bagian dari acara tersebut.
Alih-alih game populer seperti game first-person shooter atau tembak-menembak "Counter-Strike" dan game battle ground atau arena pertempuran "DOTA 2," acara tersebut menampilkan 10 simulasi olahraga, di antaranya panahan, bisbol, catur, dan taekwondo.
Genre game tembak-menembak akan melibatkan "Fortnite" tetapi dalam versi tanpa mode "Battle Royale" atau bunuh-membunuh.
Pereira mengesampingkan dimasukkannya game tembak-menembak dalam acara tersebut karena kekerasan bertentangan dengan nilai-nilai Olimpiade.
"Bagi kami, ada batasan yang jelas bahwa tembak-menembak tidak akan pernah diintegrasikan ke dalam kompetisi kami. Kami dapat memahami bahwa persepsi bisa saja berbeda tetapi kami tidak dapat membuat permainan ini mempromosikan nilai-nilai Olimpiade," kata Pereira.
Bagi para atlet yang berlaga di Singapura, acara ini merupakan kesempatan untuk bertemu langsung dengan beberapa rekan mereka, setelah bertahun-tahun berkompetisi dalam acara virtual.
"Ini luar biasa," kata James Barnes, finalis olahraga virtual bersepeda berusia 32 tahun dari Afrika Selatan.
"Saya tidak pernah berpikir bahwa bersepeda saya... akan membawa saya ke acara seperti ini, sekaliber ini, jadi bagi saya, itu adalah tujuan seumur hidup yang tercapai."
"Sungguh spesial bagi saya karena ini Olimpiade... sangat keren berada di sini," ujar Kaj de Bruin, finalis berusia 18 tahun dari Belanda di ajang balap Gran Turismo.(Ant)