Nusantaratv.com-Kontingen Indonesia akan memulai perjuangannya di Olimpiade 2024 di Paris yang akan berlangsung mulai 26 Juli sampai 11 Agustus.
Total ada 29 atlet Indonesia yang bertanding di 12 cabang olahraga (cabor) termasuk bulutangkis yang selalu jadi andalan untuk mendulang medali emas.
Tradisi emas bulutangkis Indonesia di ajang olimpiade ditorehkan sejak cabang tepok bulu resmi dipertandingkan pada Olimpiade 1992 di Barcelona, Spanyol. Medali bersejarah itu disumbangkan Alan Budikusuma dan Susi Susanti dari nomor tunggal putra dan putri.
Empat tahun kemudian pada Olimpiade 1996 di Amerika Serikat giliran ganda putra Ricky Subagja dan Rexy Mainaky yang mempersembahkan emas. Disusul pasangan Candra Wijaya dan Tony Gunawan merebut emas. Pada Olimpiade 2004 di Sidney Australia Taufik Hidayat meraih emas dari tunggal putra. Kemudian pasangan Markisa Kido dan Hendra Setiawan menyumbangkan emas di Olimpiade 2008 Beijing.
Olimpiade 2012 London menjadi catatan terburuk bagi bulutangkis Indonesia karena gagal meraih medali.
Pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil melanjutkan tradisi emas bulutangkis Indonesia yang sempat terputus dengan menyabet emas di Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil.
Torehan gemilang itu berhasil dilanjutkan oleh ganda putri Greysia Polii dan Apriyani Rahayu pada Olimpiade 2021 di Tokyo, Jepang.
"Bulutangkis memang masih menjadi primadona bagi Kontingen Indonesia di ajang Olimpiade. Karena terhitung sejak pertama kali kita ikut Olimpiade pada 1952 di Helsinki, kita baru bisa merebut medali emas pertama kali di Olimpiade 1992 dari cabang bulutangkis lewat Alan dan Susi," kata Pengamat Bulutangkis yang juga jurnalis senior, Daryadi dalam Dialog NTV Sport di NusantaraTV, Rabu (24/7/2024).
"Artinya di lima nomor yang dipertandingkan di cabor bulutangkis Olimpiade, Indonesia sudah mendapatkan medali emas," lanjutnya.
"Pertanyaannya tahun ini akan kah itu terulang kembali?" imbuhnya.
Jika berkaca dari catatan prestasi pebulutangkis-pebulutangkis Indonesia sepanjang tahun ini, menurut Daryadi cukup mengkhawatirkan.
"Karena dibandingkan dengan olimpiade-olimpiade sebelumnya kondisi pemain yang sekarang ini boleh dibilang rekornya membuat kita sedikit harap-harap cemas," kata Daryadi.
Daryadi pun membeberkan alasan yang membuat dirinya harap-harap cemas dengan prestasi pebulutangkis Indonesia di Olimpiade 2024.
"Jadi kita coba flashback. Sepanjang tahun ini saja di mana sudah 18 turnamen yang digelar sejak Malaysia Open Super 1000 kemudian berakhir kemarin sebelum olimpiade adalah Canada Open super 500. Artinya ada 90 gelar yang diperebutkan di 18 tunamen tersebut. Hasilnya Indonesia hanya mendapatkan satu gelar lewat Jonatan Christie dan pasangan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin di All England. Tapi Leo dan Daniel tidak main di Olimpiade 2024. Kemudian dia gelar di ganda putri turnamen level rendah Super 300 di Swiss dan Prancis," tutur Daryadi.
"Artinya memang cukup mengkhawatirkan rapot pemain-pemain Indonesia di musim 2024. Ginting, Grego tanpa gelar kemudian Grace/Apri juga memang lebih banyak juga mengalami cedera. Apri terutama," imbuhnya.
Di ganda campuran, kata Daryadi, lebih memprihatinkan. Karena tidak ada gelar yang didapatkan pemain-pemain di ganda campuran.
"Ini adalah catatan terburuk memang sejak tahun lalu. Di ganda campuran sejak era Owi/Butet berakhir kita belum mendapatkan lagi pasangan-pasangan yang mampu mendekati prestasi Owi/Butet. Ini yang membuat kita worry," ujarnya.
"Pertanyaannya apakah di Olimpiade 2024 ini kita bisa mendapatkan emas? Dari mana kita akan mendapatkannya? Ini yang jadi pertanyaan besar," pungkasnya.