NTV Morning: Tim Thomas dan Uber Tembus Final, Bisakah Prestasi Indonesia Berlanjut di Olimpiade 2024 Paris?

Nusantaratv.com - 06 Mei 2024

Analis bulu tangkis Daryadi saat menjadi narasumber pada program NTV Morning di Nusantara TV, Senin (6/5/2024).
Analis bulu tangkis Daryadi saat menjadi narasumber pada program NTV Morning di Nusantara TV, Senin (6/5/2024).

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Indonesia berhasil mengukir momen bersejarah di turnamen beregu paling bergengsi di dunia, Thomas dan Uber Cup.

Pasukan Merah Putih sukses menembus partai puncak, di Chengdu, China, pada Minggu (5/5/2024). Keberhasilan tim bulu tangkis Indonesia melaju ke final Piala Thomas dan Uber 2024 mengulangi sejarah edisi 1998.

"Luar biasa penampilan pemain-pemain Indonesia, terutama di tim Piala Uber. Karena memang target awal tim Uber ini mencapai semifinal, namun mereka berhasil sampai ke final. Memang harus diakui keberuntungan Gregoria Mariska Tunjung dan kawan-kawan di Chengdu ini sangat tinggi," ujar analis bulu tangkis Daryadi saat menjadi narasumber pada program NTV Morning di Nusantara TV, Senin (6/5/2024).

"Di fase grup C tim Uber kalah dari tim Jepang (2-3), dan posisinya sebagai runner up grup. Itu artinya ketika tampil di perempat final, runner up grup ini harus diundi untuk menghadapi lawan-lawan yang menjadi juara grup, dan pilihannya ada empat, yakni China, Korea Selatan, Jepang, atau Thailand. Di antara empat negara ini yang juara grup, Thailand bisa dibilang terlemah, ternyata itu yang menjadi lawan Indonesia. Ini yang menambah keyakinan jika Indonesia akan mampu mengalahkan Thailand," sambungnya.

Dia menilai Indonesia lebih unggul ketika berhadapan dengan Thailand, terutama dengan peningkatan permainan yang dimiliki Gregoria. Meskipun Gregoria belum pernah menang dari delapan kali pertemuannya dengan Ratchanok Intanon, namun dengan penampilan di perempat final, Gregoria berhasil pecah telur.

Kemenangan Gregoria ini diikuti rekan satu tim lainnya, sehingga Indonesia berhasil mengalahkan tim Thailand, di mana dari tiga pertemuan di ajang Piala Uber, Indonesia selalu kalah. 

"Itulah yang mengantarkan Indonesia sampai ke semifinal, dan beruntung ketika di semifinal berhadapan dengan Korea Selatan. Di sinilah keberuntungan kedua milik Indonesia. Ketika berhadapan dengan Korea Selatan ternyata bintang utama mereka An Se Young mengalami cedera, sehingga dia tidak bisa tampil di babak semi final, dan Korea Selatan sendiri juga tidak diperkuat tunggal kedua mereka Kim Ga Eun yang tidak datang ke Chengdu," tambahnya.

Alhasil, kata Daryadi, membuat kekuatan Korea Selatan di semifinal praktis hanya bertumpu pada sektor ganda. "Harus diakui melawan pasangan Indonesia mana pun tidak akan menang, karena memang prestasi ganda putri Korea Selatan luar biasa, tapi akhirnya di sektor tunggal kita unggul dan bisa mengalahkan Korea Selatan dengan skor 3-2," jelasnya.

Ketika tampil di partai final, Indonesia harus mengakui ketangguhan China. Skuad Pelatnas Cipayung itu kalah dengan skor 0-3 dari China.

"China memang harus diakui tampil dream team. Karena mereka diperkuat empat tunggal putri yang berada di jajaran 10 besar dunia saat ini. Ada Chen Yu Fei di peringkat dua dunia. He Bing Jiao menempati peringat 6 dunia, kemudian Han Yue penghuni peringkat 7 dunia. Di sektor ganda putri, China punya tiga pasangan yang juga berada di 10 besar dunia. Jadi, harus diakui China menjadi lawan yang sulit," urai Daryadi.

Terlebih, ungkap dia, tim Uber Indonesia didominasi pendatang baru. Sehingga kekuatan Indonesia hanya mengandalkan pemain senior seperti Gregoria dan Apriyani Rahayu. 
Sementara Apriyani sendiri dalam kondisi kurang fit, sehingga yang seharusnya dia berpasangan dengan Siti Fadia (Silva Ramadhanti) akhirnya tidak bisa tampil. Fadia tampil dengan pasangan lamanya Ribka Sugiarto.

"Hasilnya memang sudah bisa diperkirakan. Indonesia berhadapan dengan China dari prestasi dan pengalaman berada dua level di bawah pemain-pemain China. Jadi, apapun hasil yang dicapai tim Piala Uber ini adalah pencapaian terbaik, karena memang sudah sangat lama di tim putri ini tidak mencapai final, dan akhirnya bisa tampil di final."

"Hasil yang dicapai tim Uber ini adalah pelajaran berharga karena kita bermaterikan pemain-pemain muda. Harapannya di Piala Uber 2 ataupun 4 tahun mendatang, mereka sudah matang pada waktunya, sehingga benar-benar bisa mewujudkan impian membawa Piala Uber yang sudah 28 tahun tidak pulang ke Indonesia," ucap Daryadi.

Diakuinya, regenerasi di putri agak tersendat, praktis hampir 7 tahun terakhir ini, hanya mengandalkan Gregoria, yang menjadi juara dunia junior pada 2017.

"Diharapkan Ester (Nurumi Tri Wardaoyo), Komang (Ayu Cahya Dewi) bisa segera matang nantinya, sehingga ketika nanti tampil di Piala Uber berikutnya, atau 2 tahun maupun 4 tahun mendatang mereka sudah benar-benar siap," imbuhnya.

Di sisi lain, sektor ganda putri Indonesia juga menjadi salah satu titik lemah. Karena selepas kejayaan yang diraih Greysia Polii/Apriyani Rahayu di Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia belum memiliki pasangan yang solid dan bisa menjadi andalan.

"Sehingga ketika tampil di ajang Piala Uber, jangan sampai di ganda putri ini justru menjadi titik lemah buat Indonesia. Karena ada dua poin harus diamankan," tegas Daryadi.

Terkait peluang pebulu tangkis Indonesia di ajang pesta olahraga sejagat, Olimpiade Paris 2024, Daryadi mengakui cukup berat, namun harus selalu optimis. 

"Untuk Olimpiade 2024 Paris, Indonesia sudah dipastikan di putra akan diwakili Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie. Kemudian tunggal putri yang lolos adalah Gregoria Mariska Tunjung. Sedangkan di ganda putra Indonesia Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, kemudian di ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, sementara di ganda campuran ada Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari."

"Dengan kekuatan yang dimiliki ini harus diakui cukup berat persaingannya. Pelatih ganda putri Eng Hian juga tidak berani berharap terlalu banyak untuk bisa mengulanga apa yang sudah dicapai Greysia/Apriyani di Olimpiade Tokyo 2020. Tapi harus optimis, karena mungkin di ganda putri, Indonesia belum memiliki jagoan yang bisa diharapkan meraih medali, namun di tunggal putra ada Jonatan yang belakangan prestasinya semakin menanjak. Setelah dia menjadi juara All England 2024, menjadi juara Asia, dan di ajang Piala Thomas juga dia menjadi satu-satunya pemain yang tidak terkalahkan dari tim Indonesia. Walaupun Indonesia kalah 1-3 dari China, tapi faktanya Jonatan tidak terkalahkan, dia mengandaskan Li Shi Feng di partai ketiga," tukas Daryadi.
 

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close