Maju Mundur Timnas Kwait Calon Lawan Indonesia di Kualifikasi Piala Asia 2023

Nusantaratv.com - 01 Maret 2022

Timnas Kwait
Timnas Kwait

Penulis: Arfa Gandhi

Nusantaratv.com - Sebagaimana umumnya negara-negara teluk, Kuwait dan Yordania mendapat sokongan penuh pemerintahnya untuk mencapai prestasi terbaik.

Karena bagi mereka sepak bola adalah jalan sutra untuk memperlihatkan eksistensi sebagai bangsa di kancah dunia.

Kuwait mengawalinya secara all-out paruh terakhir 1970-an. Sebagai penggemar sepak bola, Emir Kuwait (1977-2006) Amir Jabir al-Ahmad al-Jabir Al Sabah adalah tokoh yang dianggap paling berperan membangun sepak bola Kuwait.

Bersama adiknya presiden federasi sepakbola Kuwait (KFA) waktu itu, Syeikh Fahid Al-Ahmad Al-Sabah, Emir Kuwait mendorong percepatan peningkatan prestasi timnas Kuwait.

Pada 1978 KFA mendatangkan pelatih kaliber dunia asal Brasil, Carlos Alberto Parreira.

Carlos Alberto (yang kemudian menjadi pelatih timnas Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan membawa Brasil juara Piala Dunia 1994) sukses membawa Kuwait juara Piala Asia 1980 dan tampil di Piala Dunia Spanyol 1982.

Salah-satu puncak kecerahan timnas Kuwait adalah saat mereka lolos ke semifinal Asian Games Seoul 1986 ketika diarsiteki mantan pelatih Hongaria di Piala Dunia 1986, György Mezey.


Di semifinal Kuwait kalah 4-5 (2-2) dari Arab Saudi lewat adu pinalti. Pada perebutan medali perunggu Kuwait mengalahkan Indonesia (5-0), yang dilatih Bertje Matulapelwa.

Dalam beberapa kesempatan kemudian, ada beberapa pertanyaan wartawan kepada Bertje, mengapa bisa kalah 0-5. "Pemain kelelahan," kata Om Bertje.

Kelelahan atau ketidakbugaran pemain memang menjadi salah satu faktor yang ditakuti setiap pelatih.

Adolf Kabo dan kawan-kawan waktu itu tampil spartan di Asian Games Seoul 1986. Di fase grup menang 1-0 atas Malaysia, imbang 1-1 versus Qatar dan kalah 0-2 dari Arab Saudi.

Di perempat final Ponirin Meka dkk menaklukkan Uni Emirat Arab 4-3 (2-2) lewat adu penalti. Sebelum takluk 0-4 dari tuan rumah Korsel (juara Asian Games 1986) di semifinal.

Tapi dengan tim yang sama, Bertje sukses membawa Indonesia juara SEA-Games Jakarta 1987 untuk kali pertama.

Lalu apa kelebihan Kuwait di era emasnya itu? Karakter permainan ala Brasil yang ditanamkan Carlos Alberto Parreira selama lima tahun (1978-1983) menjadi sumber utama kekuatan Kuwait. Setelah era itu Kuwait terus meredup.


Kuwait kembali mencoba bangkit ketika ditangani pelatih kelas dunia lainnya asal Brasil, Luiz Felipe Scolari (pelatih timnas Brasil saat juara Piala Dunia 2002) dengan menjuarai Piala Teluk (Gulf Cup) 1990.

Namun, invasi militer Irak pada 2 Agustus 1990 dan pendudukan selama tujuh bulan, menghancurkan segalanya termasuk infrastruktur sepakbola di Kuwait.

Bahkan presiden KFA Syeikh Fahid yang saat itu juga Presiden Dewan Olimpiade Asia (OCA) tewas saat memimpin pasukannya mempertahankan Istana Dasman di Kuwait City pada pagi hari 2 Agustus 1990.

Sebelumnya nama Syeikh Fahid menjadi terkenal di Piala Dunia Spanyol 1982. Dihadapan lebih dari 30 ribu penonton yang memenuhi Stadion José Zorrilla, Valladolid dan di tengah siaran langsung televisi ke seluruh dunia, Syeikh Fahid turun ke tengah lapangan memprotes wasit Myroslav Stupar asal Ukraina (waktu itu Uni Soviet) atas gol keempat Perancis yang dicetak Alain Giresse dalam pertandingan fase grup 4 pada 21 Juni 1982.

Kuwait tersingkir di babak pertama setelah kalah (0-2) dari Inggris, (1-4) Prancis dan imbang (1-1) dengan Cekoslowakia.

Kuwait kembali menggeliat ketika juara Piala Asia Barat (WAFF) 2010 saat ditangani pelatih asal Serbia, Goran Tufegdžić.

Saat ini tim berjuluk Al Azraq (Si Biru) bertengger di peringkat 143 dunia. Sebelumnya sempat terperosok di peringkat 189 (Desember 2017). Peringkat tertinggi mereka 24 (Desember 1998).


Tapi secara teknis, Kuwait tetap sebagai lawan terberat Indonesia di Grup A kualifikasi Piala Asia 2023.

Bukan hanya sebagai tuan rumah, tapi Kuwait secara tradisionil memiliki pemain-pemain berkualitas individu yang baik.

Dalam sembilan pertandingan setahun terakhir di semua ajang, Kuwait memang hanya membukukan satu kemenangan, dua imbang dan enam kali kalah. Memasukkan empat gol dan kemasukan 12 gol.

Karena itu pada 24 Februari lalu KFA memecat pelatih asal Spanyol, Carlos Gonzalez, yang baru bertugas selama tiga bulan.

Padahal Gonzalez baru saja naik pangkat karena sukses meloloskan Kuwait U-23 ke Piala Asia 2022 setelah menunggu sembilan tahun. Gonzalez sebelumnya menggantikan pelatih asal Kuwait, Thamer Enad Al Enazi yang juga dinilai gagal.

Rekor pertemuan dengan Indonesia adalah dua kemenangan, tiga imbang dan satu kali kalah. 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close