Nusantaratv.com - Sepak bola Indonesia sedang berharap cemas menanti respon FIFA pasca Tragedi Kanjuruhan yang merenggut ratusan korban pada awal Oktober lalu.
Tragedi memilukan yang terjadi tepat sepekan lalu (1/10) tersebut menjadi sorotan dunia internasional. Pasalnya, per hari ini (8/10) mengutip data dari laman nasional.kompas.com, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) Polri Irjen Dedi Prasetyo mengungkap sebanyak 678 orang menjadi korban pasca kerusuhan yang pecah seusai pertandingan antara Arema FC versus Persebaya.
Dari total 678 korban tersebut, sebanyak 547 orang mengalami luka dengan rincian 481 orang luka ringan, 43 luka sedang, dan 23 luka berat.
Jumlah korban yang begitu banyak tersebut tentu langsung mengundang atensi dari berbagai pihak dari berbagai penjuru dunia. Banyak yang mengungkapkan dukacita dan simpati, tetapi ada pula yang menyoroti bagaimana hal tersebut bisa terjadi.
Tragedi Kanjuruhan ini tentu tidak lepas dari pantauan federasi sepak bola dunia, FIFA. Hal ini tentu memantik kekhawatiran dari berbagai insan pegiat kulit bulat di Indonesia.
Pasalnya pasca tragedi ini, terdapat tujuh poin sanksi yang berpeluang dijatuhkan ke Indonesia oleh organisasi yang dipimpin Gianni Infantino itu. Salah satu yang memberatkan adalah larangan menggulirkan kompetisi selama delapan tahun.
Beberapa keresahan pun diungkapkan oleh aktor lapangan hijau, di antaranya adalah dari pemain Bali United, Nadeo Arga Winata. Kiper asal Kediri ini risau menanti kejelasan dan perkembangan respon FIFA terkait Tragedi Kanjuruhan.
Pasalnya, jika sanksi berat benar dijatuhkan ke Indonesia, maka akan memberikan dampak besar bagi seluruh ekosistem sepak bola di Tanah Air.
“Jujur dalam hati pasti sangat khawatir. Saya rasa bukan hanya saya saja, tetapi pemain lain pasti sangat khawatir juga. Apalagi ini menyangkut tentang pekerjaan kami, bukan lagi hobi. Sudah menyangkut pekerjaan kami mencari nafkah kami di sini (sepak bola). Pasti khawatir dan kembali lagi, saya berharap sanksi yang diberikan tidak memberatkan atau tidak terlalu parah,” ungkap Nadeo.
Namun, angin segar berembus bagi sepak bola Indonesia. Mengutip dari Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden (BPMI Setpres), pada Jumat (7/10) malam, Pemerintah Indonesia, FIFA, dan AFC akan berkolaborasi. Ketiganya akan membentuk tim transformasi sepak bola Indonesia.
“FIFA bersama-sama dengan pemerintah akan membentuk tim transformasi sepak bola Indonesia dan FIFA akan berkantor di Indonesia selama proses tersebut,” ujar Presiden Indonesia, Joko Widodo dilansir dari pernyataan pers di Istana Merdeka.
Lebih lanjut, FIFA melalui surat yang diterima oleh Presiden Joko Widodo pada 3 Oktober lalu juga menyampaikan bahwa sepak bola Indonesia tidak akan dikenakan sanksi pasca Tragedi Kanjuruhan.
“Berdasarkan surat tersebut, alhamdulillah sepak bola Indonesia tidak dikenakan sanksi oleh FIFA,” ungkap Presiden Joko Widodo.
Presiden FIFA, Gianni Infantino pun akan menyambangi Indonesia pada bulan Oktober atau November tahun ini untuk berdiskusi dengan pemerintah.
Adapun terdapat beberapa langkah kolaborasi Pemerintah Indonesia, FIFA, dan AFC. Berikut ini adalah rinciannya:
1. Membangun standar keamanan stadion di stadion di seluruh stadion yang ada di Indonesia;
2. Memformulasikan standar protokol dan prosedur pengamanan yang dilakukan oleh pihak kepolisian berdasarkan standar keamanan internasional;
3. Melakukan sosialisasi dan diskusi dengan klub-klub bola di Indonesia, termasuk perwakilan suporter untuk mendapatkan saran dan masukan serta komitmen bersama;
4. Mengatur jadwal pertandingan yang memperhitungkan potensi-potensi risiko yang ada; serta
5. Menghadirkan pendampingan dari para ahli di bidangnya.
Semoga saja dengan keputusan dan kolaborasi bersama tersebut, sepak bola Indonesia dapat kembali bangkit dan menjadi jauh lebih baik lagi. Tentu saja hal tersebut harus dibarengi dengan evaluasi serta kesadaran dari dalam diri seluruh pihak untuk mau berubah.