Nusantaratv.com - Imelda Wiguna merasa terpukul setelah mendengar kabar duka atas meninggalnya Verawaty Fajrin, sahabat dan pasangan bermainnya di ganda putri bulutangkis Indonesia.
Banyak kenangan legenda bulu tangkis Indonesia Imelda Wiguna bersama almarhumah Verawaty Fajrin yang meninggal dunia pagi tadi, Minggu (21/11/2021) pkl. 06.58 WIB di Rumah Sakit Dharmais Jakarta. Namun dari sekian banyak, yang paling berkesan adalah ketika keduanya nangis bareng di Bangkok pada 1978. Itu adalah tangis kebahagiaan setelah mempersembahkan medali emas untuk Indonesia.
“Kami mewek (nangis) bareng di podium tertinggi Asian Games 1978 Bangkok. Terharu mampu mempersembahkan emas untuk Indonesia,” ujar Imelda seperti dikutip dari Republika.co.id, Ahad (21/11).
Imelda yang dihubungi tengah dalam perjalanan menuju TPU Tanah Kusir Jakarta Selatan bercerita kalau pertemuan pertama dengan Verawaty terjadi pada 1976.
Baca Juga: Ini Segudang Prestasi yang Pernah Diraih Verawaty Fajrin
“Saat itu dia pemain baru, Pelatnas saat itu di GOR Kemakmuran Jakarta karena Senayan sedang direnovasi. Dia pemain paling junior. Kami berpasangan akhir tahun 1976,” kenang Imelda.
“Saya sempat keluar Pelatnas, namun kemudian masuk lagi. Tahun 1977 saya kembali berpasangan dengan Vera. Debut SEA Games 1977 mampu lolos semifinal. Maret 1978 kami ikut Tur Eropa, dan berhasil hattrick juara di Belanda, Denmark dan Skotlandia,” kata dia.
© Dok Broto Happy/Humas PBSI Verawaty Fajrin (kanan) bersama Imelda Wiguna, mendapat penghargaan Pemain Legenda Terbaik dari Candra Wijaya International Badminton Center 2018.
Dahulu mereka sering berbermain rangkap. Imelda tampil di ganda putri dan ganda campuran, sementara Vera main di tunggal putri dan ganda putri.
“Satu hal luar biasa, meski main rangkap Vera tetap konsentrasi, tidak fokus tunggal saja, tetapi semua sektor yang diikuti sangat bertanggung jawab,” kata dia.
Imelda juga menyatakan kalau dahulu PBSI tidak banyak mengirim pemain. “Dulu lima pemain yang sering dikirim adalah Lim Swie King, Ade Candra, Christian Hadinata, Saya (Imelda) dan Vera. Tetapi dulu dari lima orang bisa dapat banyak gelar, tidak seperti sekarang.”
Sumber: republika.co.id