Nusantaratv.com - Kabar baik datang dari jauh, Udine, Italia. Film-film Indonesia akan berkompetisi, mengikuti program pengembangan, dan ditayangkan di Udine Far East Film Festival (FEFF) 2024. Udine Far East Film Festival adalah festival genre terbesar yang mendedikasikan diri untuk memutar film- film genre dari Asia dan Eropa, dilaksanakan setiap tahun di kota Udine, Italia, yang tahun ini akan melaksanakan festival yang ke-26.
Pada penyelenggaraan Udine Far East Film Festival 2024, Indonesia mendapat tempat khusus dengan ditayangkannya beberapa film klasik serta judul-judul yang turut berkompetisi dan masuk lab pengembangan. Film-film Indonesia yang masuk kompetisi di FEFF 2024 adalah “13 Bom di Jakarta” (Angga Dwimas Sasongko), “Kereta Berdarah” (Rizal Mantovani), dan “Ali Topan” (Sidharta Tata).
Sementara itu, ada tiga film klasik Indonesia yang masuk program penayangan Retrospective, yakni “Surat Untuk Bidadari” (Garin Nugroho), “Kuldesak” (Mira
Lesmana, Riri Riza, Nan Achnas, Rizal Mantovani), dan “Tjoet Nyak Dien” (Erros Djarot). Pada edisi tahun ini, dalam program Focus Asia, yang merupakan project market film untuk tahap development dan working progress juga terdapat film Indonesia yang akan turut berpartisipasi, “Ballad of Long Hair” (Giovani Rustanto), “Four Season in Java” (Kamila Andini), dan “Tale of the Land” (Loeloe Hendra).
Di program Ties That Bind (TTB), program lokakarya terkemuka yang menghubungkan para profesional film dari Asia dan Eropa yang berjalan selama tujuh bulan, terdapat film “Breath After Coma” (Jason Iskandar). Jason akan bergabung dengan 24 peserta lain dari total 13 negara yang masuk dalam program TTB.
Program spesial sinema Indonesia yang hadir di Udine FEFF 2024 lainnya adalah
“Indonesian Cinema Night.” Program ini akan merayakan sinema Indonesia dengan ko-tuan rumahnya adalah Direktorat Film, Musik dan Media, APROFI dan Udine Far east Film Festival. Pada “Indonesian Cinema Night” yang akan berlangsung pada 29 April 2024 akan dihadiri oleh 300 tamu festival.
“Dukungan pemerintah bagi film nasional di sirkuit festival film luar negeri sebagai bagian dari diplomasi budaya, selain juga tentunya untuk mendorong berbagai bentuk kerjasama di bidang film antara sineas Indonesia dan internasional yang nantinya semakin memperkuat ekosistem perfilman kita” ungkap Hilmar Farid.