Nusantaratv.com-
Invasi Rusia ke Ukraina berdampak pada warga yang membutuhkan bantuan, baik bantuan pangan maupun materi. Guna membantu para pengungsi Ukraina, pasangan selebriti Mila Kunis dan Ashton Kutcher membuka donasi kepada publik. Hal itu mereka umumkan dalam sebuah video yang diunggah di akun Instagram Ashton Kutcher.
Penggalangan dana dilakukan melalui situs GoFundMe.org, dengan target donasi hingga US$30 juta atau sekitar Rp431,5 miliar (US$1 = Rp14.395). Pasangan suami-istri itu juga ikut berdonasi dengan menyumbang US$3 juta atau sekitar Rp43 juta.
"Ashton dan saya telah memutuskan untuk menyumbang donasi senilai US$3 juta ke Airbnb.org dan Flexport.org melalui GoFundMe.org dalam upaya untuk mengumpulkan US$30 juta," ucap Kunis dalam video.
"Melalui GoFundMe, penggalangan dana ini akan memberikan dampak langsung terhadap upaya pengungsi dan bantuan kemanusiaan," lanjutnya.
Dalam video tersebut, Ahton Kutcher juga mengungkapkan rasa prihatin dan mengecam invasi Rusia kepada Ukraina.
"Peristiwa yang terjadi di Ukraina sangat menghancurkan," katanya.
"Tidak ada tempat di dunia ini untuk serangan tidak adil semacam ini terhadap kemanusiaan."
Ashton Kutcher juga sempat menyuarakan dukungan untuk Ukraina beberapa waktu lalu. Ia meminta bantuan penggemarnya untuk menghubungi kerabat mereka di Rusia dan mengatakan bahwa media di negara tersebut telah berbohong.
Kutcher mengatakan hal tersebut dalam kicauan di media sosialnya, Selasa (1/3). Ia menulis dalam bahasa Rusia dan Inggris, bahwa rakyat Ukraina tidak menginginkan perang, mereka hanya tak ingin negara mereka dijajah.
"Bila kalian mengenal seseorang dari Rusia, hubungi mereka dan katakan bahwa media mereka berbohong kepada mereka. Orang Ukraina tidak ingin berperang, mereka hanya tak menginginkan pemerintahan Putin dan tak mau dijajah," kata Kutcher.
Mila Kunis sendiri merupakan salah satu aktris Hollywood berdarah Ukraina. Ia lahir di Chernivtsi, Ukraina pada 14 Agustus 1983 dan sempat menghabiskan masa kecilnya di kota itu.
Kunis bersama keluarganya kemudian pindah ke Amerika Serikat saat usia 7 tahun. Kepindahan itu sebagian besar karena anti-Semitisme di Uni Soviet yang kala itu masih mencakup Ukraina.