Nusantaratv.com - Bagi pencinta novel karya Leila S Chudori, penulis dan kritikus film kelahiran 12 Desember 1962 itu segera menerbitkan novel terbarunya yang berjudul "Namaku Alam".
Novel "Namaku Alam" karya peraih Penghargaan Sastra Badan Bahasa Indonesia itu diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG). Peluncura novel "Namaku Alam" pada 20 September 2023.
Sebelas tahun setelah novel Pulang rilis, sosok Segara Alam dihadirkan melalui Namaku Alam yang tetap bermuara pada peristiwa 1965. Novel coming of age tentang perjalanan remaja Segara Alam hingga tumbuh dewasa di era 1980-an, sudah diriset Leila S Chudori sejak 2006.
Sepulang dari Paris dan mewawancarai para eksil yang tak bisa pulang ke Indonesia di masanya itu, Leila S Chudori bertemu dan mewawancarai eks tapol (tahanan politik) di Jakarta dan Pulau Buru. Dia berjumpa dengan mendiang wartawan senior Amarzan Loebis yang pernah hidup dalam pengasingan di Pulau Buru, wartawan asal Bali Putu Oka Sukanta, para ibu dan istri eks tapol hingga mereka yang pernah ditangkap lalu dilepas lagi.
"Terbersit ide Alam dan Bimo yang ada di novel Pulang, saya merasa kayaknya mereka mesti ada cerita tersendiri. Pulang is a story about Lintang dan Dimas, meski Alam ada di sepertiga akhir cerita tapi saya sudah merasa Alam harus punya full story," katanya.
Dalam novel Namaku Alam jilid pertama, Leila S Chudori mengatakan ada bagian pembuka ketika Segara Alam berusia 3 tahun yang ditodong senapan laras panjang oleh aparat.
Menurut keterangan Leila, itu adalah kejadian nyata yang memang benar-benar terjadi. Peristiwa itu pun dimuat dalam laporan panjang Majalah TEMPO yang terbit pada September 2005.
"Itu beneran terjadi, saat ada penggerebekan. Itu yang bikin saya merasa kenapa yah jadi orang Indonesia kok gini sih, saya waktu itu pernah meliput tulisan panjang tentang apa yang terjadi kepada keluarga eks tapol dan eksil," katanya.
"Itu yang paling melukai hati saya sebagai orang Indonesia, kenapa nggak bisa menyelesaikan suatu peristiwa tanpa peristiwa berdarah-darah atau menggunakan senjata sih. Tahun '65 begitu, '98 juga begitu," lanjut leila.
Setelah novel Pulang terbit, dia mengaku merasa lelah dan akhirnya menerbitkan Laut Bercerita. Pada 2013, ide mengenai Segera Alam pun terpaksa masuk ke laci hingga Namaku Alam segera terbit pada September 2023.
"Namaku Alam itu sesuatu yang saya sudah taruh di laci bertahun-tahun, tapi I have to start again, baru ditulis lagi, dan kok kebetulan terbit September lagi momennya," pungkasnya.
Namaku Alam adalah kisah anak eks tapol yang masih saja dilimpahi 'kutukan Orde Baru'; sebuah kisah 'coming of age'. Segara Alam, seorang anak lelaki pemberang yang mencoba mencari identitasnya, apakah dia hadir di dunia dengan beban sejarah di pundaknya, atau bisa hidup dengan tenang, tanpa atribut ayahnya yang tak sempat dikenalnya.
Namaku Alam adalah kisah pencarian identitas seorang remaja; bagaimana dia mengatasi dendam beberapa dekade karena keluarganya didiskriminasi sepanjang sejarah Indonesia.