Nusantaratv.com - Hari ini persis 22 tahun silam, pelawak senior Iskak Darmo Suwiryo atau dikenal Iskak, meninggal dunia. Kepergian pelawak yang sempat tergabung dalam grup lawak Kwartet Jaya bersama Bing Slamet, Eddy Sud dan Ateng itu, tentu mengingatkan kita semua bahwa panggung komedi Indonesia memiliki pelawak-pelawak besar yang menjadi panutan bagi pelawak generasi selanjutnya.
Iskak pergi dengan meninggalkan sejumlah catatan karir yang terbilang cukup cemerlang. Pria kelahiran tahun 1933 itu, selain lihai mengocok perut, juga pernah aktif memandu acara di TVRI "Ria Jenaka".
Alumnus SMA Negeri 4 Surakarta itu, juga sudah banyak bermain di puluhan judul film sejak tahun 1960 hingga mendekati tahun 1990.
Iskak memang tidak sepopuler Bing Slamet atau Ateng, dua maestro lawak Indonesia. Namun dari sejumlah catatan karirnya di panggung akting, Iskak beberapa kali muncul dalam judul film yang menyematkan nama kedua pelawak legend tersebut.
Inilah daftar film Iskak yang memakai nama pelawak Bing Slamet dan Ateng:
Bing Slamet Sibuk (1973)
Bing Slamet Dukun Palsu (1973)
Bing Slamet Koboi Cengeng (1974)
Ateng Minta Kawin (1974)
Ateng Raja Penyamun (1974)
Ateng Mata Keranjang (1975)
Ateng Kaya Mendadak (1975)
Ateng Sok Tahu (1976)
Ateng The Godfather (1976)
Ateng Bikin Pusing (1977)
Ateng Pendekar Aneh (1977)
Ateng Sok Aksi (1977)
Ira Maya dan Kakek Ateng (1979)
Kiprah pelawak senior Iskak yang semula dari dunia lawak lalu merambah ke panggung perfilman, sejatinya juga diikuti oleh pelawak atau komedian berikutnya.
Ibarat pepatah "mati satu tumbuh seribu", begitulah adanya. Usai kepergian Iskak, juga pelawak legendaris lain, panggung komedi Indonesia tak pernah berhenti, apalagi sepi.
Regenerasi di dunia komedi Indonesia terus berjalan seiring waktu, hingga melahirkan komedian baru, konsep, ide dan gagasan yang juga baru dalam panggung ini.
Iskak atau juga pelawak lain, seperti para pelawak di grup lawak Srimulat, Warkop, Jayakarta, Bagito, 4 Sekawan dan lainnya, adalah para pelaku hiburan komedi yang memiliki rentang waktu kesuksesan serta popularitas.
Masa keemasan Iskak beserta angkatannya telah berakhir. Generasi berikutnya muncul lalu menyerahkan tongkat estafet ke generasi selanjutnya, begitu siklusnya.
Jika dahulu Iskak melawak hanya di TVRI dengan konsep dan tampilan panggung seadanya, pelawak generasi tahun 2000 sudah lebih baik lagi karena mereka bisa tampil di sejumlah televisi swasta, selain TVRI.
Pesatnya perkembangan pertelevisian Indonesia, serta merta juga mengubah konsep lawakan para komedian. Iskak yang dulu cuma bisa mengocok perut hanya di panggung statis, kini bagi pelawak generasi tahun 2000, sudah bisa lebih banyak lagi memiliki panggung ketika muncul di depan pemirsa.
Lawakan pun mengalami metamorfosa dalam hal konsep penyajiannya. Mereka tampil di acara-acara televisi yang jauh lebih variatif lagi.
Bahkan ketika panggung musik mengetengahkan program ajang pencarian bakat bernyanyi, lawakan pun urun rembug disitu. Beberapa televisi swasta akhirnya membuka lowongan pekerjaan buat mereka yang lucu untuk berkompetisi di ajang stand up comedy.
Hasilnya memang luar biasa. Ajang pencarian bakat melawak dengan cara berdiri itu pun telah melahirkan para Komika terkenal.
Bagi pelawak generasi "jadul", mereka mungkin sedikit iri ketika menyaksikan sejumlah komika telah tumbuh dan sukses dengan cara yang relatif lebih mudah ketimbang saat generasi jadul memulai karir sebagai komedian.
Seperti diketahui, para pelawak atau komedian jadul memang tak mudah dalam menggapai kesuksesan dan popularitas. Mereka harus benar-benar berjuang keras agar bisa bertengger di dunia gelak tawa ini.
Berbeda tentunya dengan kehadiran komika. Mereka jelas diberikan wadah, penyaluran dan kesempatan oleh televisi untuk bisa menjadi seorang komedian sejati.
Memang, dibalik itu ada juga perjuangan bagi para komika agar mereka dapat memenangkan kompetisi itu.
Ketika kemenangan itu sudah digapai sejumlah komika, tawaran lain pun serta merta berdatangan. Setelah itu yang terjadi adalah, bagaimana para komika tadi merawat baik-baik kesuksesan itu.
Merawat kesuksesan dan popularitas bagi komedian atau pelawak, memang sesuatu yang tak mudah. Dalam perjalanan mempertahankan kedua hal tadi, beberapa rintangan dan kendala pasti menyertai.
Cukup banyaknya komedian atau pelawak, juga komika yang berurusan dengan masalah hukum juga mewarnai pemberitaan mereka.
Para pengocok perut itu beberapa kali ada yang tersandung masalah narkotika. Mulai dari sejumlah anggota grup lawak Srimulat hingga beberapa diantaranya ada juga yang dari ajang pencarian bakat Stand up comedy.
Kasus narkoba di pusaran para komedian atau komika ini menjadi refleksi penting untuk dicatat, bahwa dunia canda tawa sekali pun tak luput dari sergapan barang haram.
"Sebenarnya mereka tahu norma, tapi kadang-kadang mereka melanggar norma itu. Padahal mereka lebih pintar dari orang-orang kayak saya pada zaman dulu. Tapi mereka berlindung di bawah hal-hal yang melanggar norma," ujar komedian senior Indro Warkop dari laman Liputan6.com.
Pernyataan Indro di atas dilontarkan terkait kasus narkoba yang pernah menjerat pelawak Tessy Srimulat tahun 2014 silam.
Indro yang kini menjadi salah satu juri ajang pencarian bakat Stand up comedy, sudah barang tentu juga tak menutup mata jika beberapa komika dididikannya terjerat kasus narkoba.
Ya betul. Sejumlah komika pernah berurusan dengan narkotika ketika mereka sudah berada di puncak popularitas.
Popularitas itu telah membutakan mata sejumlah komika sehingga mereka lupa bahwa kondisi itu pasti akan ambruk setelah narkoba merenggutnya.
Apakah akan berakhir seperti itu karir komika maupun komedian lain?
Entahlah. Yang pasti, panggung ini harus tetap ada agar orang-orang bisa terus tertawa.
Dan sang legenda pelawak Betawi, Benyamin. S pun bisa tersenyum disana seraya mengumandangkan sebait pantunnya,
"Buah kuini di atas meja
Masuk ke dapur mengambil pisau
Saya menyanyi memang sengaja
Untuk menghibur hati yang risau"