Sejarah Nama Nusantara, Dicetuskan Gajah Mada dan Dipopulerkan Kembali oleh Ki Hajar Dewantara

Nusantaratv.com - 19 Januari 2022

Nusantara ibu kota negara baru di Kalimantan Timur/ist
Nusantara ibu kota negara baru di Kalimantan Timur/ist

Penulis: Ramses Manurung

Jakarta, Nusantaratv.com-Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyetujui nama Nusantara sebagai ibu kota negara baru di Kalimantan Timur.

Nama dan penyebutan Nusantara memiliki jejak kuat dalam sejarah perjalanan terbentuknya negara Indonesia yang diproklamasikan oleh Soekarno-Muhammad Hatta pada 17 Agustus 1945.

Istilah Nusantara dipopulerkan kembali oleh pejuang pendidikan Ki Hajar Dewantara pada awal abad ke-20. Lazim digunakan sebagai padanan nama Indonesia. Ketika itu, Ki Hajar Dewantara menggunakan Nusantara sebagai nama alternatif Hindia Belanda.

Penyebutan Nusantara juga banyak digunakan dalam perjuangan pergerakkan kemerdekaan.

Namun jika menilik sejarah, istilah  Nusantara telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Kala itu, istilah Nusantara tidak merujuk pada wilayah Kepulauan Indonesia saat ini saja, tetapi mencakup daerah di luar Majapahit yang perlu ditaklukkan, termasuk Malaysia dan Singapura. 

Lalu, bagaimana sejarah nama Nusantara hingga akhirnya digunakan secara spesifik untuk merujuk wilayah Indonesia

Sebutan Nusantara pertama kali digunakan pada masa Kerajaan Majapahit, sekitar abad ke-14. Hal itu dapat dibuktikan dari isi Sumpah Palapa yang dicetuskan Mahapatih Gajah Mada pada 1336. 

Dalam sumpahnya, Gajah Mada berjanji tidak akan menikmati kesenangan sebelum berhasil menyatukan Nusantara. Sumpah itu diucapkan saat pengangkatannya menjadi Patih Amangkubumi Majapahit. 

Sumpah Palapa berbunyi, 

"Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palapa." Artinya, 

"Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa."

Menilik dari penyebutan Nusantara dalam Sumpah Palapa. Dapat disimpulkan bahwa kala itu, istilah Nusantara digunakan untuk menyebut daerah di luar Majapahit yang perlu ditaklukkan. 

Istilah Nusantara dipahami sebagai pulau-pulau yang berada di luar pusat pemerintahannya yang berada di Jawa, tepatnya di Mojokerto, Jawa Timur.

Baca juga: Nusantara, Nama Ibu Kota Baru RI Pilihan Jokowi 

Dapat dikatakan bahwa menurut Gajah Mada, sebagian Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur) justru tidak termasuk dalam istilah Nusantara. Pasalnya, kerajaan-kerajaan di tanah Jawa sudah berada langsung di bawah pemerintahan Majapahit. 

Menariknya, para sejarawan memunculkan sudut pandang yang berbeda. Mereka meyakini bahwa konsep kesatuan Nusantara sebenarnya dicetuskan oleh Kertanegara, raja terakhir Singasari. Pandangan itu didasari bahwa ketika berkuasa, Kertanegara mencetuskan konsep Cakrawala Mandala Dwipantara, yang merupakan istilah untuk menyebut kepulauan Asia Tenggara. 

Kertanegara punya misi menyatukan kerajaan dan pemerintahan maritim Asia Tenggara di bawah Kerajaan Singasari. Dalam bahasa Sanskerta, dwipantara berarti kepulauan antara, yang maknanya sama persis dengan Nusantara.

Selain itu, istilah Nusantara juga muncul dalam Kitab Negarakertagama dan Pararaton, yang ditulis pada masa Kerajaan Majapahit. Nusantara sendiri terdiri atas dua kata yang berasal dari bahasa Jawa kuno, yaitu nusa, yang artinya pulau, dan antara, yang berarti luar atau seberang. 

Dalam perspektif Negarakertagama, Nusantara mencakup sebagian besar wilayah Indonesia saat ini dan beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei. 

Secara politis, kawasan Nusantara terdiri dari gugusan atau rangkaian pulau yang terdapat di antara benua Asia dan Australia. 

Istilah Nusantara terus berkembang. Seiring waktu, istilah Nusantara pernah digunakan dalam literatur berbahasa Inggris untuk menyebut Kepulauan Melayu. Dalam konteks ini, istilah Nusantara bermakna lebih luas mencakup tanah budaya dan bahasa yang berhubungan dengan Austronesia, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand Selatan, Filipina, Brunei, Timor Timur dan Taiwan, tidak termasuk Papua Niugini.

Namun setelah Majapahit runtuh pada abad ke-15, istilah Nusantara sempat terlupakan dan jarang digunakan. 

Adalah pendiri Taman Siswa yang juga merupakan tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara yang menghidupkan kembali istilah Nusantara pada awal abad ke-20. 

Ketika itu, istilah Nusantara kerap digunakan sebagai nama alternatif untuk menyebut Hindia Belanda, yang meliputi seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. 

Penyebutan Nusantara tetap digunakan hingga saat ini meski Negara Kesatuan Republik Indonesia ditetapkan sebagai nama resmi Indonesia. (sumber: kompascom)

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])