Nusantaratv.com - Produsen mobil asal Jerman, Volkswagen (VW) bakal menyesuaikan kembali strategi bisnisnya untuk berkonsentrasi pada produksi kendaraan premium yang lebih menguntungkan, menurut laporan Financial Times.
"Target utamanya bukanlah pertumbuhan," kata CFO Volkswagen Group, Arno Antlitz, dikutip dari Paultan, Kamis (7/4/2022).
"Kami (lebih fokus) pada kualitas dan margin, bukan pada volume dan pangsa pasar," tambahnya.
Perusahaan sebelumnya telah mengumumkan mereka mengharapkan pengiriman meningkat hingga 10 persen dari 8,882 juta unit yang terjual pada 2021, atau turun 4,5 persen dari 9,305 juta unit pada 2020.
Pernyataan Antlitz menunjukkan kebalikan dari sikap yang diambil oleh eksekutif Volkswagen terdahulu seperti mantan CEO Martin Winterkorn, yang menetapkan tujuan perusahaan untuk bisa mengalahkan Toyota dan General Motors (GM) dalam hal volume.
Kekurangan chip semikonduktor dan pandemi Covid-19 telah memaksa Volkswagen untuk memangkas produksi tahun lalu, meskipun lonjakan permintaan memungkinkannya untuk membebankan biaya lebih untuk mobil guna meraup pendapatan yang lebih besar pada 2021 dibandingkan dengan 2020.
Perusahaan juga memprioritaskan kendaraan yang lebih mahal yang diproduksi oleh anak perusahaan Audi dan Porsche, yang merupakan bagian terbesar dari keuntungan perusahaan.
"Kami memiliki basis biaya tetap yang (secara signifikan) lebih rendah, jadi kami tidak terlalu bergantung pada volume dan kurang bergantung pada pertumbuhan," tambah Antlitz.
Dia menambahkan Volkswagen berhasil mengurangi biaya tetap sebesar 41 miliar euro (Rp641,2 triliun) pada 2019 sebesar 10 persen lebih cepat dari jadwal sambil terus berinvestasi dalam pengembangan perangkat lunak dan unit bisnis baru.
Dorongan perusahaan untuk kendaraan listrik (electric vehicle/EV) juga akan melihatnya mengurangi jumlah mobil bensin dan diesel, yang saat ini dikatakan setidaknya 100 model di beberapa merek, di mana sebesar 60 persen di Eropa selama delapan tahun ke depan.
Antlitz juga mencatat saat ini Volkswagen telah membuat rencana untuk melakukan investasi yang cukup besar di kendaraan listrik, sehingga tidak akan menambah volume yang tidak perlu. "Kami tidak menambah kapasitas, kami mengerjakan ulang pabrik demi pabrik," jelasnya.
Memproduksi kendaraan listrik juga merupakan tantangan dalam hal profitabilitas, karena melonjaknya biaya bahan baku untuk baterai menjadi masalah tersendiri yang dihadapi sejumlah produsen mobil.