Nusantaratv.com - CEO Tesla Elon Musk tiba di Beijing, China, pada Minggu (28/4/2024) dalam kunjungan mendadak.
Sumber Reuters yang mengetahui masalah ini mengungkapkan, Musk diperkirakan akan membahas peluncuran perangkat lunak Full Self-Driving (FSD). Selain itu, dia juga akan membicarakan izin untuk mentransfer data ke luar negeri.
Media pemerintah China melaporkan Musk bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Li Qiang di Beijing. Li mengatakan kepada Musk, di mana perkembangan Tesla di Negeri Tirai Bambu itu dapat dianggap sebagai contoh sukses kerja sama ekonomi dan perdagangan Amerika Serikat (AS)-China.
"Saya merasa terhormat bisa bertemu dengan Perdana Menteri Li Qiang. Kami sudah saling kenal selama bertahun-tahun," tulis Musk di platform media sosial X, saat fotonya bersama PM China muncul di platform tersebut.
Tesla mencapai kesepakatan dengan otoritas China untuk membangun pabrik di Shanghai, yang merupakan pabrik pertama di luar AS, pada 2018. Produsen kendaraan listrik AS ini meluncurkan FSD, versi paling otonom dari perangkat lunak autopilotnya, empat tahun lalu namun belum menyediakannya di China, yang merupakan pasar terbesar kedua secara global, meskipun ada permintaan dari pelanggan.
CEO Tesla Elon Musk. (Foto: Reuters)
Bulan ini, Musk mengatakan Tesla mungkin akan segera menyediakan FSD untuk pelanggan di China, sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang hal tersebut di media sosial X.
Analis ekuitas di Wedbush menyebut kunjungan mendadak itu sebagai "momen besar bagi Tesla". "Sementara kisah penilaian jangka panjang di Tesla bergantung pada FSD dan otonomi, bagian penting yang hilang dalam teka-teki itu adalah Tesla membuat FSD tersedia di China yang sekarang sudah siap," kata Wedbush dalam laporan perusahaan yang dikirim melalui email.
Di sisi lain, produsen mobil saingannya di China seperti Xpeng telah berupaya mendapatkan keunggulan dibandingkan Tesla dengan meluncurkan perangkat lunak serupa.
Sejak 2021, Tesla telah menyimpan semua data yang dikumpulkan oleh armada China di Shanghai seperti yang diwajibkan oleh regulator Tiongkok dan belum mentransfer data apa pun kembali ke AS.
Menurut sumber Reuters, Musk saat ini sedang mencari persetujuan untuk mentransfer data yang dikumpulkan di dalam negeri ke luar negeri guna melatih algoritma untuk teknologi mengemudi otonomnya.
Kunjungan Musk ke China, pertama kali dilaporkan oleh Reuters, tidak diumumkan secara terbuka dan orang tersebut berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk berbicara dengan media.
Sementara Tesla tidak segera menanggapi permintaan komentar. Lembaga penyiaran pemerintah China CCTV dalam laporannya tentang pertemuan Musk dengan Li tidak mengatakan apakah keduanya membahas FSD atau data.
Sebelumnya pada hari yang sama, sebuah laporan terpisah yang disiarkan oleh radio pemerintah mengatakan jika Li telah mengunjungi pameran mobil di Beijing yang sedang berlangsung dan berkomentar tentang bagaimana sektor kendaraan energi baru (NEV) yang cerdas di China telah memperoleh posisi terdepan di pasar dan negara tersebut harus bekerja keras dan mempertahankan keunggulannya.
Media pemerintah juga melaporkan, Musk berjumpa dengan Ren Hongbin, seorang pejabat pemerintah yang mengepalai Dewan China untuk Promosi Perdagangan Internasional, penyelenggara pameran otomotif.
"Senang sekali melihat kendaraan listrik mengalami kemajuan di China. Semua mobil akan menggunakan listrik di masa depan," kata Musk dalam video yang diunggah di media sosial oleh pengguna yang berafiliasi dengan media pemerintah.
Pada Minggu (28/4/2024) malam waktu setempat, asosiasi otomotif terkemuka China menerbitkan daftar 76 model mobil yang dikatakan telah diuji dan terbukti memenuhi persyaratan keamanan data Tiongkok, di antaranya adalah mobil Tesla Model Y dan 3.
Perjalanan Musk ke China terjadi lebih dari sepekan setelah dia membatalkan rencana kunjungannya ke India untuk menemui Perdana Menteri Narendra Modi, dengan alasan adanya kewajiban Tesla yang tidak bisa ditinggalkan.
Pada bulan ini, perusahaan mengatakan mereka akan memberhentikan 10 persen tenaga kerja globalnya karena perusahaan tersebut bergulat dengan penurunan penjualan dan perang harga yang semakin intensif untuk kendaraan listrik yang dipimpin oleh merek-merek China.
Tesla telah menjual lebih dari 1,7 juta mobil di China sejak memasuki pasar satu dekade lalu dan pabrik di Shanghai adalah yang terbesar secara global. Saham Tesla telah kehilangan hampir sepertiga nilainya sejak awal tahun, karena meningkatnya kekhawatiran terhadap lintasan pertumbuhan pembuat kendaraan listrik tersebut.
Pekan lalu, Tesla melaporkan penurunan pendapatan kuartal pertamanya sejak 2020, ketika pandemi Covid-19 memperlambat produksi dan pengiriman.