Nusantaratv.com - Toyota Motor Corp., siap mengumumkan struktur manajemen baru dari unit Daihatsu global pada pekan ini.
Melansir Reuters, Senin (12/2/2024), perubahan manajemen ini dilakukan menyusul kasus skandal uji keselamatan kendaraan yang melibatkan perusahaan otomotif asal Jepang tersebut.
Presiden Daihatsu, Soichiro Okudaira mengungkapkan, perusahaan berencana menghabiskan lebih banyak waktu dan mengalokasikan lebih banyak pekerja untuk melakukan pengembangan.
Diketahui, Daihatsu telah mengakui memalsukan hasil uji keselamatan selama lebih dari 30 tahun yang menyebabkan penghentian produksi di seluruh pabriknya di Jepang.
Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata Jepang (MLIT) melakukan penyelidikan dan telah mengarahkan Daihatsu menghentikan pengiriman hingga keamanan kendaraannya dapat diverifikasi.
Daihatsu belum memberikan informasi kapan produksi dalam negeri akan dilanjutkan, namun laporan berita sebelumnya mengindikasikan jika penghentian produksi akan berlangsung setidaknya hingga akhir Januari 2024.
Sebelumnya, Toyota Motor Corp., mengumumkan menghentikan enam jalur produksi di empat pabrik di Jepang hingga 1 Februari. Hal itu buntut dari skandal penyimpangan sertifikasi uji mesin diesel yang diumumkan 29 Januari 2024.
Toyota juga akan menangguhkan pengiriman kendaraan yang terkena dampak, termasuk Land Cruiser 300 dan Hilux.
"Kami merasa sangat bertanggung jawab atas kesalahan ini, yang telah berlangsung lama, dan karena gagal menemukan dan memperbaikinya," kata Presiden Toyota Industries Koichi Ito dalam konferensi persnya, Senin (29/1/2024).
TMC mengumumkan penyelidikan terkait skandal penyimpangan sertifikasi pada mesin diesel yang dibuat Toyota Industries Corporation (TICO). Mesin-mesin diesel tersebut digunakan pada sejumlah model Toyota.
Setidaknya ada 10 model yang terdampak dan dijual secara global. Pengakuan ini muncul setelah sejumlah laporan investigasi telah mengguncang grup otomotif raksasa asal Jepang ini.
Kesepuluh model tersebut termasuk Hiace, Fortuner, dan Innova. Mobil-mobil tersebut dijual di Jepang, Eropa dan Timur Tengah hingga Indonesia. Kecurangan data dimulai pada 2017, menurut laporan Toyota Industries.