Nusantaratv.com - Perusahaan otomotif asal Jepang, Toyota, mengatakan bakal menghabiskan hampir US$50 juta atau sekitar Rp743 miliar untuk membangun laboratorium pengujian baterai kendaraan listrik dan hybrid di Pusat Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D) di Amerika Utara, di York Township, Michigan.
Melansir The Associated Press (AP), Jumat (9/6/2023), perusahaan mengatakan laboratorium itu akan menguji baterai yang diproduksi untuk kendaraan listrik dan hybrid di pabrik baru di North Carolina, serta dari pemasok baterai.
Tidak ada karyawan baru yang akan dihadirkan di pabrik tersebut, karena Toyota akan menugaskan kembali pekerja dari area lain dan memberikan pelatihan sesuai kebutuhan.
Perusahaan mengatakan laboratorium tersebut diharapkan mulai beroperasi pada 2025, dan dapat diperluas karena lebih banyak kendaraan listrik yang akan diproduksi. Laboratorium akan melakukan pengujian kinerja, kualitas dan daya tahan, serta pengujian kemampuan pengisian daya.
"Fasilitas baru ini juga memungkinkan kami untuk bereksperimen dan mengejar peluang baru seiring kemajuan teknologi dan kebutuhan bisnis," kata Wakil Presiden Grup Powertrain, Jordan Choby dalam pernyataannya.
Bulan lalu, Toyota mengatakan akan menginvestasikan US$2,1 miliar lagi di pabrik baterai yang sedang dibangun di dekat Greensboro, North Carolina. Ini menjadikan total investasi di pabrik Randolph County menjadi US$5,9 miliar untuk memenuhi target perusahaan menjual 1,8 juta kendaraan listrik atau hybrid di AS pada 2030. Toyota mulai membangun pabrik tersebut pada 2021.
Sebagai permulaan, pabrik tersebut akan memasok baterai ke kompleks besar Toyota di Georgetown, Kentucky, yang akan membangun kendaraan listrik buatan Toyota pertama di Amerika Serikat (AS), sebuah SUV (sport utility vehicle) baru dengan tiga baris kursi.
Presiden baru Toyota Koji Sato telah menjanjikan apa yang disebutnya pergeseran agresif pada elektrifikasi kendaraan termasuk hybrid.
Beberapa investor dan kelompok penggiat lingkungan telah lama mengkritik Toyota karena lambat mengembangkan kendaraan listrik baterai (Battery Electric Vehicle/BEV), dengan mengatakan telah tertinggal dari Tesla dan lainnya di tengah meningkatnya permintaan global terhadap mobil listrik.
Perusahaan justru mengandalkan mobil hybrid, yang menggunakan sistem penggerak dengan dua sumber energi, yaitu bahan bakar yang diolah pada mesin pembakaran dalam dan listrik dari baterai diproses motor listrik, untuk penjualan mereka di masa depan.