Nusantaratv.com - Persaingan kendaraan listrik makin memanas. Produsen mobil asal Amerika Serikat (AS), Tesla, dan China, BYD, saat ini memimpin pasar kendaraan listrik global.
Melansir Gizmochina, Selasa (27/6/2023), pabrikan mobil lain berupaya mengejar ketertinggalan dari Tesla dan BYD. Salah satunya adalah pabrikan mobil sport mewah asal Inggris, Aston Martin.
Baru-baru ini, perusahaan telah mencapai kesepakatan dengan Lucid Group untuk mendapatkan akses ke teknologi kendaraan listrik dengan performa tinggi.
Aston Martin akan membayar Lucid sebesar US$232 juta atau sekitar Rp3,4 triliun dalam bentuk tunai dan saham. Aston Martin akan mendapatkan akses ke teknologi baterai, powertrain listrik, dan perangkat lunak Lucid.
Aston Martin berencana meluncurkan kendaraan listrik pertamanya pada 2025, dan kemitraan dengan Lucid ini akan memberikan teknologi yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk yang kompetitif.
Lantas, mengapa Aston Martin membutuhkan merger seperti itu? Aston Martin membutuhkan merger untuk membantunya melakukan transisi ke kendaraan ramah lingkungan.
Transisi itu mahal, dan pabrikan mobil di seluruh dunia menjanjikan miliaran dolar untuk mengembangkan teknologi rendah emisi. Pabrikan yang lebih kecil seperti Aston Martin tidak memiliki sumber daya untuk melakukan transisi ini sendiri.
Dengan begitu, perusahaan perlu bermitra dengan perusahaan lain. Hal ini memungkinkan mereka untuk berbagi biaya dan risiko pengembangan teknologi baru.
Kesepakatan itu disambut baik oleh investor, yang membuat saham Aston Martin naik hampir 15 persen pada Senin (26/6/2023). Menurut laporan terbaru, saham tersebut sekarang diperdagangkan pada level tertinggi dalam lebih dari setahun.
Ketua Eksekutif Aston Martin,Lawrence Stroll mengatakan, kesepakatan dengan Lucid merupakan langkah maju yang signifikan dalam strategi elektrifikasi perusahan. Dia menambahkan kemitraan ini akan memungkinkan pihaknya mempercepat rencananya untuk memasarkan berbagai kendaraan listrik yang sangat kompetitif.