Nusantaratv.com - Pertarungan mobil listrik di China semakin panas. Sejumlah produsen kendaraan listrik menurunkan harga jual.
BYD (Build Your Dream) dan Xpeng, produsen mobil listrik ternama asal Negeri Tirai Bambu itu, terlibat persaingan harga yang sengit. Pada Februari lalu, kedua pabrikan mobil listrik itu mengalami penurunan penjualan yang signifikan.
Penjualan BYD anjlok hampir 40 persen secara, sedangkan Xpeng mengalami penurunan penjualan hampir 45 persen. Melansir Gizmochina, Rabu (6/3/2024), BYD menurunkan harga awal untuk SUV Yuan Plus menjadi 119.800 yuan (sekitar Rp261,3 juta), atau 11,8 persen lebih rendah dari harga sebelumnya.
Langkah ini mengikuti serangkaian pemangkasan harga yang dilakukan BYD selama beberapa pekan terakhir. Tindakan itu dilakukan untuk menarik penjualan di tengah kondisi pasar yang sulit.
Sementara itu, Xpeng, memberikan diskon 20.000 yuan (sekitar Rp43.6 juta) untuk SUV G6 terlaris mereka hingga akhir bulan ini. SUV G6 entry-level itu kini dibanderol 189.900 yuan (sekitar Rp414.2 juta), atau turun dari harga sebelumnya senilai 209.900 yuan (sekitar Rp457,8 juta).
Perpanjangan pemberian diskon ini sebagai respons terhadap rendahnya pengiriman dan dimaksudkan menarik minat konsumen untuk membeli kendaraan listrik. Pengamat dan analis industri memprakirakan akan terjadi peningkatan perang harga, dan kemungkinan besar akan semakin banyak produsen yang turut serta untuk menjaga pangsa pasar mereka.
Para ahli telah menekankan risiko hilangnya pangsa pasar bagi pesaing yang gagal menyesuaikan strategi penetapan harga mereka sejalan dengan dinamika pasar yang berlaku.
Ilustrasi. Mobil listrik sedang melakukan pengisian daya. (Foto: Reuters)
Beberapa faktor berkontribusi terhadap melemahnya permintaan kendaraan listrik di China, termasuk kurangnya kepercayaan terhadap prospek perekonomian, permasalahan yang sedang berlangsung di sektor properti, dan penghentian subsidi sebesar 12.000 yuan (sekitar Rp26,1 juta) untuk pembelian kendaraan listrik.
Menanggapi penurunan penjualan yang signifikan pada Februari, BYD memulai gelombang penurunan harga pada seri Dolphin, Han, Tang, Song, dan Seal untuk mempertahankan daya saing.
Pengurangan yang paling menonjol terjadi pada mobil listrik Plug-in hybrid BYD Qin Plus DM-i, dengan harga 20 persen dari harga sebelumnya yakni sebesar 79.800 yuan (sekitar Rp174 juta).
Dampak dari strategi penetapan harga BYD ini berpengaruh di seluruh industri, dan tiga produsen mobil lainnya, termasuk perusahaan patungan General Motors, mengikuti langkah yang sama dengan menetapkan harga mobil bertenaga baterai terlaris mereka di bawah ambang batas 100.000 yuan (sekitar Rp218,1 juta), sehingga semakin meningkatkan perang harga.
Xpeng juga merasakan dampak penurunan pengiriman pada Februari, mengalami penurunan sebesar 44,9 persen secara bulan menjadi 4.545 unit, di mana angka ini terendah sejak Maret 2021.
Menanggapi dinamika pasar, Tesla, pemain dominan di segmen kendaraan listrik premium di China, mengumumkan subsidi sebesar 8.000 yuan (sekitar Rp17,4 juta) bagi pembeli yang membeli asuransi mobil dari mitranya, berlaku hingga akhir Maret.
Selain itu, pabrikan lain, seperti Leapmotor yang berbasis di Hangzhou, menyesuaikan harga kendaraan mereka lebih rendah dari rencana awal. SUV C10 baru Leapmotor kini dijual dengan harga 128.800 yuan (sekitar Rp280,9 juta), menandakan penurunan 17,3 persen dari harga prapenjualannya pada Januari lalu.
Para ahli industri memprakirakan sebagian besar produsen mobil akan menawarkan diskon dan terlibat dalam perang harga untuk mempertahankan pangsa pasar pada 2024.
Meskipun pertumbuhan penjualan kendaraan listrik diperkirakan melambat oleh Fitch Ratings, langkah-langkah stimulus pemerintah dan kebijakan yang menguntungkan dari produsen seperti Tesla diperkirakan akan mendorong pertumbuhan pesat di sektor perdagangan mobil dalam beberapa bulan ke depan.