Nusantaratv.com - Perubahan pola pikir (mindset) masyarakat masih menjadi tantangan dalam transisi menuju kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Hal inilah yang menjadi sorotan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sehingga perlu mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk memilih kendaraan ramah lingkungan.
Apalagi, kendaraan bermotor menjadi salah satu penyumbang utama emisi gas rumah kaca (GRK). Di sisi lain, jumlah kendaraan bermotor di Tanah Air terus meningkat setiap tahun.
"Tugas kita masih panjang, menyoroti statistik tren kenaikan suhu dan peningkatan emisi CO2, pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor akan menyebabkan polusi udara semakin parah," ujar Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Ketenagalistrikan, Sripeni Inten Cahyani dalam keterangannya, dikutip Selasa (20/2/2024).
Maka dari itu, kata dia, transisi menuju kendaraan listrik menjadi langkah yang krusial dalam menjaga kualitas udara yang lebih baik. Inten menyebutkan, Indonesia harus bertindak cepat dan berupaya sigap dalam mengurangi dampak negatif sebagai upaya pemerintah merumuskan Program Indonesia Emas 2045, serta target mengurangi intensitas emisi GRK menuju Net Zero Emission (NZE).
Sementara itu, salah satu poin penting yang dibahas dalam NZE, ungkap dia, yakni transisi menuju kendaraan listrik, yang menjadi fokus pemerintah guna mengurangi dampak lingkungan negatif.
Strategi pemerintah telah dilakukan melalui berbagai langkah konkret untuk mendorong adopsi kendaraan listrik, mulai dari memberikan insentif hingga membangun infrastruktur pengisian daya.
Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Ketenagalistrikan, Sripeni Inten Cahyani. (Tangkapan layar)
Hal tersebut juga mencakup peran sektor industri dalam konsumsi energi dengan penekanan pada perlunya menggeser subsidi energi dari sektor transportasi ke sektor industri untuk meningkatkan multiplier effect ekonomi.
Termasuk, upaya pemerintah dalam memberi insentif bagi penggunaan kendaraan listrik, dan juga subsidi untuk konversi kendaraan bermesin bakar menjadi kendaraan listrik.
"Melalui insentif sebanyak Rp10 juta untuk sepeda motor konversi, dan Rp7 juta untuk sepeda motor listrik baru diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan menghasilkan lingkungan yang lebih bersih," imbuhnya.
Selain memperhatikan aspek lingkungan, transisi ke kendaraan listrik juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. "Dengan adanya insentif dan subsidi dari pemerintah ini, diharapkan industri kendaraan listrik dapat berkembang pesat, menciptakan lapangan kerja baru, dan menggerakkan sektor ekonomi terkait," urainya.
Inten menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat dalam mencapai tujuan bersama. Dia juga menekankan setiap individu dan entitas memiliki peran dalam menciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi Indonesia.
"Meski pemerintah memberikan insentif dan subsidi, peran semua pihak, termasuk swasta, akademisi, dan media, sangat penting untuk mendukung transisi ini dengan ikut berkontribusi untuk pergeseran dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik dalam upaya mengurangi emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan," tukas Inten.