Nusantaratv.com - Pabrikan mobil listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap lebih dari 10 persen tenaga kerja globalnya.
Tesla dihadapkan pada penurunan penjualan dan persaingan harga mobil listrik dari para pesaing asal China. Rencana PHK tersebut terungkap dari sebuah memo internal perusahaan. Tesla memiliki sekitar 140.473 karyawan secara global pada akhir 2023.
"Saat kami mempersiapkan perusahaan untuk fase pertumbuhan berikutnya, sangat penting untuk mempertimbangkan pengurangan biaya dan peningkatan produktivitas," kata CEO Tesla Elon Musk dalam memo yang dikirimkan kepada seluruh staf, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (16/4/2024).
"Sebagai bagian dari upaya ini, kami telah melakukan peninjauan menyeluruh dan membuat keputusan sulit untuk mengurangi jumlah karyawan kami lebih dari 10 persen secara global," sambungnya.
Tesla tidak segera mengonfirmasi isi memo internal itu. Diketahui, dua pejabat senior Tesla, Kepala Pengembangan Baterai Tesla Drew Baglino, dan Wakil Presiden Kebijakan Publik dan Pengembangan Bisnis Tesla Rohan Patel mengumumkan pengunduran diri mereka.
Sejumlah investor mengatakan pengurangan jumlah karyawan sebagai kebijakan yang strategis. Kepala Investasi di Running Point Capital Advisors, Michael Ashley Schulman mengatakan, kepergian Baglino dan Patel menunjukkan jika fase pertumbuhan utama Tesla sedang menghadapi tantangan serius.
Schulman menambahkan, kepergian para eksekutif senior itu sebagai sinyal negatif. "Ini sinyal negatif yang lebih besar saat ini dibandingkan pengumuman PHK," ucap Schulman.
Perusahaan melaporkan pada bulan ini pengiriman kendaraan global pada kuartal pertama (Q1) 2024 turun untuk pertama kalinya dalam hampir empat tahun. Pemangkasan harga gagal membangkitkan permintaan mobil listrik.
Tesla dinilai lamban memperbarui model-model lamanya karena suku bunga tinggi telah melemahkan selera konsumen terhadap barang-barang mahal, sementara para pesaingnya di China, yang merupakan pasar mobil terbesar di dunia, meluncurkan model-model mobil listrik yang lebih murah.
Perusahaan ini berupaya meningkatkan marginnya, yang telah terpuruk akibat pemotongan harga berulang kali, terutama di China di mana perusahaan tersebut menghadapi persaingan ketat dari pesaing lokalnya termasuk pemimpin pasar BYD, yang sempat menyalip Tesla sebagai produsen kendaraan listrik terbesar di dunia dalam kurun waktu satu tahun.