Nusantaratv.com - Penjualan kendaraan listrik di China diperkirakan akan melampaui penjualan mobil berbahan bakar bensin pada 2025.
Pencapaian ini terjadi satu dekade lebih cepat dari yang direncanakan. Hal ini didasarkan pada laporan dari Financial Times yang mengutip perkiraan dari sejumlah bank besar dan analis seperti UBS, HSBC, Morningstar, dan Wood Mackenzie.
Menurut publikasi tersebut, penjualan kendaraan listrik di China, yang mencakup kendaraan listrik baterai dan plug-in hybrid, diprediksi akan mencapai lebih dari 12 juta unit pada 2025, tumbuh sekitar 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, penjualan mobil berbahan bakar bensin diperkirakan akan turun sekitar 10 persen menjadi kurang dari 11 juta unit.
Ini menunjukkan China, yang sebelumnya menargetkan kendaraan listrik mencapai 50 persen dari total pasar pada 2035, akan mencapai target tersebut sepuluh tahun lebih cepat.
Dikutip dari Paultan, Senin (30/12/2024), faktor utama yang mendorong lonjakan penjualan kendaraan listrik di China adalah harga lebih terjangkau, yang disebabkan oleh penurunan biaya produksi berkat skala industri yang besar.
Kemajuan teknologi domestik serta stabilitas rantai pasokan global untuk bahan baku mobil dan baterai juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan ini.
"Mereka berambisi untuk mengelektrifikasi segalanya. Tidak ada negara lain yang mampu menyamai China," ujar Robert Liew, Direktur Penelitian Energi Terbarukan Asia-Pasifik Wood Mackenzie.
Penjualan kendaraan listrik di China mengalami lonjakan yang signifikan, dengan proyeksi pertumbuhan hingga 40 persen pada tahun ini saja.
Hal ini mengancam dominasi produsen mobil asing dari Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat (AS), dengan pangsa pasar mereka turun tajam menjadi 37 persen, jauh dari 64 persen yang mereka kuasai pada 2020, menurut konsultan Automobility yang berbasis di Shanghai.
Namun, meskipun penjualan kendaraan listrik mengalami pertumbuhan pesat, beberapa tantangan mulai muncul.
Analis HSBC, Yuqian Ding, memperingatkan persaingan yang ketat, kelebihan pasokan model, dan perang harga yang mahal bisa membuat beberapa produsen mobil kecil tersingkir dari pasar.
"Arah perjalanan jangka panjang sudah jelas, raksasa kendaraan listrik China tidak dapat dihentikan," kata Ding.
Selain itu, pada awal 2025, masih ada ketidakpastian terkait kebijakan ekonomi China yang lebih luas, meskipun Paul Gong, Kepala Penelitian Otomotif China di UBS, memperkirakan akan terjadi peningkatan pembelian yang signifikan pada akhir tahun.
Ini disebabkan oleh berakhirnya subsidi kendaraan listrik dan diberlakukannya pajak pembelian sebesar 5 persen pada kendaraan listrik mulai 2026.