Honda dan Nissan Pertimbangkan Penguatan Kerja Sama, Termasuk Potensi Merger

Nusantaratv.com - 19 Desember 2024

Makoto Uchida, Presiden dan CEO Nissan Motor, dan Toshihiro Mibe, Presiden dan CEO Honda Motor, menghadiri konferensi pers bersama di Tokyo, Jepang, 15 Maret 2024. (Foto: Dok/Reuters)
Makoto Uchida, Presiden dan CEO Nissan Motor, dan Toshihiro Mibe, Presiden dan CEO Honda Motor, menghadiri konferensi pers bersama di Tokyo, Jepang, 15 Maret 2024. (Foto: Dok/Reuters)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Honda dan Nissan tengah menjajaki langkah untuk mempererat hubungan mereka, dengan salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah merger, kata dua sumber yang mengetahui proses tersebut pada Rabu, 18 Desember 2024. 

Dilansir dari Reuters, hal ini menandakan upaya pertama yang jelas dalam industri otomotif Jepang untuk merespons tantangan besar dari Tesla dan pesaing-pesaing dari China yang semakin kuat.

Diskusi yang pertama kali dilaporkan oleh Nikkei ini bertujuan memperluas kolaborasi antara kedua perusahaan, memungkinkan Honda, produsen mobil terbesar kedua di Jepang, dan Nissan, produsen terbesar ketiga, untuk membentuk kekuatan domestik yang lebih tangguh sebagai pesaing Toyota.

Pembicaraan saat ini berfokus pada upaya memperkuat kerja sama antara kedua perusahaan, termasuk kemungkinan mendirikan perusahaan induk, menurut sumber yang ada.

Selain itu, mereka juga membahas kemungkinan merger total, kata salah satu sumber. Hal ini juga melibatkan potensi kolaborasi lebih lanjut dengan Mitsubishi Motors, di mana Nissan merupakan pemegang saham terbesar dengan kepemilikan 24 persen.

Para sumber ini meminta untuk tidak disebutkan namanya karena informasi tersebut masih bersifat pribadi.

Honda, Nissan, dan Mitsubishi menyatakan belum ada kesepakatan yang diumumkan, meskipun Nissan menyebutkan ketiga produsen mobil ini sebelumnya telah mempertimbangkan kemungkinan kolaborasi di masa depan.

Jika Honda dan Nissan melakukan merger, grup otomotif gabungan tersebut akan menjadi yang terbesar ketiga di dunia berdasarkan penjualan kendaraan, setelah Toyota dan Volkswagen, dan tetap berada di posisi itu jika Mitsubishi juga bergabung.

"Langkah ini berpotensi bermanfaat dalam jangka menengah hingga panjang bagi industri otomotif Jepang, menciptakan alternatif kompetitif terhadap Toyota," kata Seiji Sugiura, analis senior di Tokai Tokyo Intelligence Laboratory. 

"Persaingan yang sehat dengan Toyota bisa menjadi hal positif, terutama di tengah stagnasi industri otomotif Jepang yang harus bersaing dengan produsen mobil China dan Tesla," lanjutnya.

Pada perdagangan Rabu, 18 Desember 2024, saham Nissan melonjak lebih dari 22 persen di Tokyo, sementara saham Honda turun 2,3 persen. Saham Mitsubishi juga naik 13 persen.

Kapitalisasi pasar Honda diperkirakan sekitar US$44 miliar, sedangkan Nissan mencapai sekitar US$10 miliar setelah lonjakan harga sahamnya, yang berarti jika terjadi merger penuh, nilai gabungannya akan lebih besar daripada kesepakatan besar US$52 miliar yang terjadi antara Fiat Chrysler dan PSA pada 2021 untuk membentuk Stellantis.

Perubahan Pemandangan dalam Industri

Honda dan Nissan telah meningkatkan kerja sama dalam beberapa bulan terakhir seiring dengan perubahan besar dalam industri kendaraan listrik, dengan menjajaki kemitraan strategis untuk memproduksi komponen kunci untuk mobil listrik dan platform perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Persaingan ketat yang dipicu oleh perang harga mobil listrik dari Tesla dan produsen China BYD telah menambah tekanan pada perusahaan-perusahaan yang belum bisa beradaptasi dengan cepat. 

Hal ini mendorong perusahaan seperti Honda dan Nissan mencari cara untuk menekan biaya dan mempercepat pengembangan mobil, dengan merger menjadi langkah besar yang dipertimbangkan.

Selain persaingan yang ketat, perusahaan-perusahaan otomotif juga menghadapi penurunan permintaan di pasar Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Nissan, dalam laporan terbaru, mengumumkan rencananya untuk memangkas 9.000 pekerjaan dan 20 persen kapasitas produksi global guna mengurangi biaya sebesar US$2,6 miliar pada tahun fiskal yang berakhir Maret mendatang.

"Kesepakatan ini tampaknya lebih dimaksudkan untuk menyelamatkan Nissan, namun Honda juga tidak dalam posisi yang nyaman," kata Sanshiro Fukao, peneliti eksekutif di Itochu Research Institute. 

"Arus kas Honda diperkirakan akan menurun tahun depan, dan penjualan mobil listriknya juga belum menunjukkan hasil yang baik," tambahnya.

Renault, pemegang saham utama Nissan, mengatakan mereka tidak memiliki informasi terkait pembicaraan ini dan menolak memberikan komentar.

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close