Harga Terjangkau dan Infrastruktur Pengisian Daya Jadi Kunci Pertumbuhan Mobil Listrik di Masa Depan

Nusantaratv.com - 24 April 2024

Seorang pria memegang steker pengisi daya untuk mengisi daya mobil di stasiun pengisian kendaraan listrik (EV) Smart Charge di Beijing, China, pada 2 Februari 2024. (Foto: Dok/Florence Lo/Reuters)
Seorang pria memegang steker pengisi daya untuk mengisi daya mobil di stasiun pengisian kendaraan listrik (EV) Smart Charge di Beijing, China, pada 2 Februari 2024. (Foto: Dok/Florence Lo/Reuters)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) memperkirakan penjualan mobil listrik bakal meningkat pada 2024, dan semakin mengurangi permintaan bahan bakar minyak (BBM). 

Harga yang terjangkau dan kehadiran infrastruktur pengisian daya akan menjadi kunci pertumbuhan mobil listrik di masa depan.

Dilansir dari Reuters, Rabu (24/4/2024), IEA memperkirakan penjualan mobil listrik akan mencapai 17 juta unit pada tahun ini, dibandingkan 14 unit yang terjual pada 2023. 

"Satu dari lima mobil yang dijual secara global akan menggunakan listrik, dan diperkirakan 10 juta dari penjualan tersebut akan dilakukan di China" sebut IEA. 

Dengan pertumbuhan penggunaan kendaraan listrik membuat permintaan minyak untuk transportasi jalan raya akan mencapai puncaknya sekitar 2025, kata badan pengawas yang berbasis di Paris dalam Global Electric Vehicle Outlook.

Menurut IEA, jika negara-negara melaksanakan kebijakan energi dan iklim yang telah ditetapkan, maka sekitar enam juta barel per hari (bpd) akan berkurang dari permintaan minyak pada 2030, dan 11 juta barel per hari pada 2035, atau lebih dari sepersepuluh dari total permintaan minyak saat ini.

"Margin yang ketat, harga logam baterai yang fluktuatif, inflasi yang tinggi, dan penghapusan insentif pembelian di beberapa negara telah memicu kekhawatiran terhadap laju pertumbuhan industri ini, namun data penjualan global tetap kuat," jelas IEA mengenai permintaan kendaraan listrik.

IEA menambahkan, penjualan pada kuartal pertama (Q1) tahun ini naik 25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meskipun angka tersebut tidak berubah dari kuartal pertama 2023 dibandingkan periode yang sama pada 2022, angka tersebut disebabkan oleh jumlah kendaraan yang lebih besar.

Namun, pangsa total pembelian mobil listrik akan sangat bervariasi di setiap wilayah, mewakili sekitar satu dari sembilan pembelian kendaraan di Amerika Serikat (AS), satu dari empat di Eropa, namun hampir separuhnya di China, menurut perkiraan IEA.

"Permintaan di Eropa tertahan oleh "prospek penjualan mobil penumpang yang secara umum lemah dan penghapusan subsidi di beberapa negara," ungkap IEA.

Harga yang terjangkau dibandingkan kendaraan tradisional tetap menjadi kunci pertumbuhan sektor ini, tambah IEA, dengan harga yang sangat bervariasi menurut wilayah.

Harga mobil dengan mesin pembakaran internal (internal combustion engine/ICE) masih lebih terjangkau dibandingkan mobil listrik di Eropa dan AS, sementara di China hampir dua pertiga mobil listrik yang terjual tahun lalu lebih murah dibandingkan mobil tradisional.

"Mobil listrik umumnya menjadi lebih murah karena harga baterai turun, persaingan semakin ketat, dan produsen mobil mencapai skala ekonomi," kata IEA.

IEA juga mencatat dalam beberapa kasus, disesuaikan dengan inflasi, harga mengalami stagnasi atau bahkan sedikit naik antara 2018 dan 2022.

"Memenuhi permintaan yang terus meningkat dengan infrastruktur pengisian daya juga akan menimbulkan tantangan utama, karena jaringan pengisian daya harus tumbuh enam kali lipat pada 2035," sebut IEA.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close