Nusantaratv.com - Pemotongan harga yang dilakukan Tesla memicu permintaan untuk kendaraan listrik mereka.
CEO Tesla Elon Musk mengungkapkan kondisi ini menurunkan kekhawatiran jika ekonomi yang lemah membuat minat pembeli menurun.
"Perubahan harga ini benar-benar membuat perbedaan bagi konsumen rata-rata," ujar Elon Musk, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (26/1/2023).
Lebih lanjut, ungkap dia, pesanan kendaraan diproduksi dua kali lipat pada Januari. Hal ini membuat Tesla menaikkan sedikit harga untuk SUV (sport utility vehicle) Model Y.
Sementara potongan harga yang tinggi pada bulan ini telah memposisikan Tesla sebagai pemrakarsa perang harga. Namun, perkiraan kenaikan volume mobil sebesar 37 persen untuk tahun ini menjadi 1,8 juta kendaraan, atau turun dari penjualan tahun lalu.
Sedangkan fokus utama para investor yakni prospek penjualan Tesla, karena menghadapi ekonomi yang lebih lemah. Kendati demikian, perusahaan mengatakan bakal mempertahankan target jangka panjang dari peningkatan penjualan tahunan sebesar 50 persen.
Musk menyebutkan pengiriman pada 2023 bisa mencapai 2 juta kendaraan jika tidak ada gangguan dari pihak luar. "Akan ada rintangan di sepanjang jalan dan kita mungkin akan mengalami resesi yang cukup sulit tahun ini," cetusnya.
"Kami pikir permintaan akan bagus meskipun mungkin ada kontraksi di pasar otomotif secara keseluruhan," tambah Musk.
Perusahaan otomotif asal Amerika Serikat (AS) itu mengandalkan produk lama dan Musk mengatakan Cybertruck, truk pikap listrik baru berikutnya, tidak akan memulai kapasitas produksi hingga tahun depan.
Pada November lalu, Reuters melaporkan model yang sangat diharapkan tidak akan diproduksi secara massal hingga akhir tahun ini.
Perusahaan mengatakan pendapatan mereka dalam tiga bulan terakhir hingga 31 Desember yakni US$24,32 miliar. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan rata-rata analis sebesar US$24,16 miliar, menurut data IBES dari Refinitiv.
Penghasilan setahun penuh Tesla didukung oleh US$1,78 miliar kredit regulasi, atau naik 21 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersih untuk kuartal tersebut adalah US$3,69 miliar, atau US$1,07 per saham, lebih tinggi dibandingkan dengan US$2,32 miliar, atau 68 sen per saham, setahun sebelumnya.
Laba per saham yang disesuaikan sebesar US$1,19 melampaui rata-rata perkiraan analis Wall Street sebesar US$1,13.