Di China, Kendaraan Listrik Lebih Laris Dibandingkan Mobil Bensin

Nusantaratv.com - 10 Agustus 2024

Ilustrasi. Kendaraan listrik sedang melakukan pengisian daya. (Foto: Reuters)
Ilustrasi. Kendaraan listrik sedang melakukan pengisian daya. (Foto: Reuters)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Pasar otomotif China mencatat tonggak sejarah luar biasa pada Juli 2024.

Untuk pertama kalinya, kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan plug-in hybrid (PHEV) berhasil mengalahkan penjualan kendaraan bertenaga bensin. Momen penting ini jelas menunjukkan pesatnya adopsi kendaraan listrik di pasar otomotif terbesar di dunia itu.

Kondisi ini didorong pemberian insentif dari pemerintah China dan industri kendaraan listrik domestik yang sedang berkembang.

Data dari Asosiasi Mobil Penumpang China (China Passenger Car Association/CPCA) mengungkapkan, penjualan kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV), istilah yang mencakup kendaraan listrik dan PHEV, melonjak 37 persen pada Juli dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dan berhasil menguasai 50,7 persen pangsa pasar dari total penjualan mobil. 

Dilansir dari ArenaEV, Sabtu (10/8/2024), penjualan kendaraan listrik murni naik 14,4 persen dari tahun ke tahun (year on year/YoY) pada Juli.

Sebagai referensi, tiga tahun lalu, NEV hanya menyumbang 7 persen dari total penjualan kendaraan di China. Komitmen kuat negara tersebut untuk berinvestasi dalam rantai pasokan kendaraan listrik telah melambungkan industri domestik ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga banyak merek asing yang mapan harus berjuang keras untuk mengimbanginya. 

Hal ini sangat kontras dengan situasi di Amerika Serikat (AS), di mana pangsa gabungan penjualan kendaraan listrik dan hybrid merosot hingga 18 persen pada kuartal pertama (Q1) tahun ini.

Pada akhir Juli, China menggandakan insentif tunai untuk pembelian kendaraan listrik menjadi 20.000 yuan (sekitar Rp44,5 jutaan) per kendaraan dan memberlakukannya secara retroaktif hingga April saat pertama kali diumumkan. 

Kendaraan listrik dibebaskan dari pajak penjualan hingga 30.000 yuan (sekitar Rp66,7 jutaan) pada 2024 dan 2025. Skema peralihan kendaraan listrik oleh pemerintah semakin mempermanis kesepakatan tersebut, dengan menawarkan konsumen 20.000 yuan (sekitar Rp44,5 jutaan) untuk mengganti kendaraan boros bahan bakar mereka dengan kendaraan listrik.

Pemerintah daerah juga ikut serta dalam transisi kendaraan listrik. Beijing, misalnya, baru-baru ini mengumumkan perluasan kuota lisensi kendaraan listrik baru yang signifikan, yang menandai pelonggaran pembatasan pertama sejak diperkenalkannya sistem kuota pada 2011. 

Langkah-langkah ini, ditambah dengan pasar yang semakin beragam yang menyediakan semakin banyak pilihan, diharapkan dapat semakin meningkatkan penjualan kendaraan listrik baru dalam beberapa bulan mendatang.

Sementara penjualan mobil domestik secara keseluruhan di China mengalami sedikit penurunan sebesar 3,1 persen pada Juli, memperpanjang penurunan selama empat bulan berturut-turut, lonjakan penjualan kendaraan listrik memberikan secercah harapan bagi pasar. 

Merek seperti BYD dan Li Auto bahkan mencetak rekor penjualan bulanan baru pada Juli, didorong oleh permintaan yang kuat untuk kendaraan listrik.

Ekspor kendaraan China di luar negeri pada Juli mengalami peningkatan 20 persen dari tahun ke tahun, meskipun sedikit lebih rendah dari Juni yakni sebesar 28 persen, karena kendaraan listrik buatan China bersiap menghadapi tarif sementara Uni Eropa (UE). 

Angka penjualan Juli merupakan titik balik bagi lanskap otomotif China. Dengan kendaraan listrik dan PHEV yang kini menguasai setengah dari seluruh penjualan mobil, jelas jika transisi negara tersebut menuju mobilitas listrik sedang mendapatkan momentum.

 

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close