Nusantaratv.com - Perusahaan teknologi asal China, Xiaomi, siap menghadirkan mobil listrik pertama mereka pada 2024.
Kabar terbaru menyebut kendaraan dengan nama Xioami EV itu berupa sedan 4 pintu yang dibekali teknologi self-driving atau otonom. Xiaomi sendiri telah setuju menggunakan sensor LiDAR (Light Distance And Ranging) yang dipasok oleh Hesai Technology.
Hesai Technology diketahui merupakan perusahaan teknologi yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Perusahaan ini memiliki spesialisasi dalam hal robotika dan teknologi otonom. Dikutip dari CNEV Post, Sabtu (3/9/2022), sensor LiDAR yang dipakai Xiaomi EV nantinya berjenis solid-state hybrid bernama AT128.
LiDAR AT128 Hesai dirilis tahun lalu dan sudah digunakan oleh produsen mobil China Li Auto di SUV (sport utility vehicle) barunya, Li L9, yang mulai dikirimkan pada 30 Agustus lalu. Di mana sensor ini didukung oleh radar all-solid-state tambahan agar mobil bisa memiliki kesadaran tingkat tinggi dan mampu mengenali lingkungan sekitarnya dengan baik.
Tak hanya itu, penerimaan sudut pandang yang ditangkap sensor LiDAR ini juga jauh lebih besar dan baik, sehingga meminimalisir adanya kesalahan kalkulasi jarak maupun terkecoh oleh blind spot yang membahayakan.
Baca Juga: Xiaomi PHK Lebih dari 900 Karyawan
Namun penggunaan sensor LiDAR dari Hesai Technology membuat biaya produksi Xiaomi EV naik tajam. Kondisi ini berdampak pada harga jual mobil listrik Xiaomi EV yang lebih mahal. Dikutip dari GSM Arena, Sabtu (3/9/2022), pada April lalu, pendiri Xiaomi Lei Jun, sempat meluncurkan jajak pendapat yang menanyakan kepada publik berapa harga yang akan mereka harapkan dari mobil Xiaomi EV.
Rupanya 1,7 juta orang merespons dan sekitar 70 persen dari mereka mengatakan akan membeli mobil itu jika harganya tidak lebih dari US$21.750 atau setara Rp323,9 juta. Sedangkan sebagian responden lainya memberikan jawaban harga yang lebih tinggi. Mereka mengatakan berani membayar untuk Xiaomi EV meskipun dibanderol USS43.500 atau Rp647,8 juta.
Xiaomi menilai rantai pasokan di industri otomotif jauh lebih rumit ketimbang smartphone yang biasanya perusahaan luncurkan. Di industri otomotif, ada banyak faktor yang harus diatasi oleh perusahaan, termasuk berjuang untuk mengendalikan biaya produksi.
Selain itu, Xiaomi juga harus menyiapkan mobilnya agar bisa bersaing secara kompetitif dengan vendor yang sudah memiliki nama besar di industri otomotif dunia, terutama mobil listrik dengan teknologi otonom.
Dengan pasar kendaraan listrik di China yang berkembang pesat seperti saat ini, membuat Xiaomi berada pada posisi sulit. Tapi, Xiaomi tetap maju terus dengan mobil listrik pertamanya tersebut.
Sebab, perusahaan itu sudah terlanjur menggelontorkan dana yang sangat besar, ditambah perekrutan masif untuk mengembangkan segmen produk terbarunya ini. Dan, diakui Xiaomi bila perusahaan membuat mobil murah, maka tidak akan mencapai tujuan perusahaan untuk menghadirkan kendaraan listrik yang mumpuni.