Nusantaratv.com - Langkah mengejutkan di pasar global. China telah mengumumkan kontrol ekspor yang ketat terhadap produk grafit tertentu, berlaku mulai 1 Desember 2023.
Melansir Gizmochina, Selasa (24/10/2023), pemerintah China, dengan alasan kekhawatiran terhadap keamanan nasional menyatakan, eksportir kini diwajibkan untuk memperoleh dan mengizinkan pengiriman bahan grafit sintetik dengan kemurnian tinggi, kekerasan tinggi, dan intensitas tinggi, bersama dengan grafit serpihan alam dan turunannya.
Pengumuman yang dibuat Kementerian Perdagangan China ini telah menimbulkan kekhawatiran mengenai gangguan pada rantai pasokan. Meskipun para pejabat China berpendapat pembatasan ini tidak ditujukan untuk negara tertentu dan izin akan diberikan jika peraturan dipenuhi, para analis melihat langkah ini sebagai potensi pembalasan terhadap pembatasan yang dilakukan Amerika Serikat (AS) baru-baru ini.
Pekan lalu, Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengumumkan pembatasan lebih lanjut pada ekspor chip AI dan peralatan manufaktur ke China, menekankan tujuan membatasi akses China terhadap semikonduktor canggih yang penting untuk terobosan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Grafit, mineral penting yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik, reaktor nuklir, refraktori baja, dan proses manufaktur canggih seperti produksi graphene, merupakan komoditas yang sangat diandalkan secara global.
Dominasi China dalam produksi grafit sangat signifikan, diperkirakan menghasilkan 61 persen grafit serpihan dan 92 persen material anoda pada 2023. Dampak global dari keputusan China telah membuat negara-negara utama, termasuk Korea Selatan (Korsel) dan Jepang, berada dalam kewaspadaan tinggi.
Menteri Perdagangan kedua negara telah menyatakan keprihatinannya, dan Hirokazu Matsuno dari Jepang menyarankan untuk melibatkan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO)untuk mengatasi masalah ini.
Para ahli menilai terdapat kebutuhan bagi perusahaan non-China untuk mempercepat upaya mengembangkan rantai pasokan yang tidak bergantung pada bahan olahan dari China.
Perkembangan terakhir ini menyusul pembatasan ekspor serupa yang diberlakukan oleh Beijing pada Juli terhadap logam seperti galium dan germanium, yang juga dibenarkan atas dasar masalah keamanan nasional.
Ketika dunia bergulat dengan ketegangan perdagangan ini, para ahli berpendapat diversifikasi rantai pasokan dan kerja sama internasional mungkin menjadi strategi penting dalam menghadapi lanskap ekonomi global yang semakin kompleks.