Nusantaratv.com - Produsen kendaraan mewah, Mercedes-Benz bakal menginvestasikan miliaran dolar Amerika Serikat (AS) untuk memodernisasi pabriknya di China, Jerman, dan Hongaria dalam beberapa tahun mendatang.
Majalah Automobilwoche melaporkan, saat ini produsen mobil asal Jerman itu bersiap untuk beralih ke kendaraan listrik demi mengurangi emisi.
Uni Eropa (UE) telah menetapkan tujuan mereka dalam mengurangi separuh emisi CO2 per mobil penumpang pada akhir 2023 ini dibandingkan dengan 2020. UE sedang mencari kesepakatan mengenai batas waktu tahun 2035 untuk mengakhiri penjualan mobil berbahan bakar fosil.
Mercedes-Benz mengatakan bakal siap memasarkan seluruh produk menjadi kendaraan listrik pada akhir 2030 jika kondisi pasar memungkinkan. "Kami menginvestasikan jutaan dolar AS per pabrik untuk meningkatkan kapasitas di masa depan," ujar Manajer Produksi Mercedes Joerg Burzer, seperti dikutip Reuters dari Automobilwoche.
Burzer menambahkan investasi ini akan berada di pabrik di Beijing, Rastatt di Jerman dan Kecskemet di Hungaria. Produsen mobil tersebut akan mulai mengerjakan pabrik Rastatt selama beberapa bulan mendatang dan akan memproduksi model pertama dari platform kendaraan kompak MMA mulai 2024.
"Jumlah model yang diproduksi di sana akan dikurangi menjadi empat dari tujuh," jelas Burzer.
Selain itu, Mercedes-Benz juga akan menginvestasikan miliaran dolar AS dalam memodernisasi sistem pengecatan di pabrik Sindelfingen, Bremen, dan Rastatt di Jerman.
Laporan itu mengatakan modernisasi bertujuan memangkas konsumsi energi dan air, dan ketergantungan sistem pengecatan pada gas yang disebut-sebut bertentangan dengan energi bebas karbon.
Mercedes-Benz juga mempertimbangkan untuk memperluas pabriknya di Tuscaloosa, AS, di mana perusahaan bisa memperoleh manfaat dari subsidi pemerintah berdasarkan Undang-Undang Pengurangan Inflasi tahun lalu, kata Automobilwoche.
Burzer mengatakan Mercedes-Benz siap merespons setiap perubahan lebih lanjut terkait dengan peraturan mengenai lingkungan. "Kondisi kerangka kerja di seluruh dunia terus berubah, kita mungkin harus bereaksi terhadapnya," tukas Burzer.