Nusantaratv.com - Seorang pejabat WHO mengatakan bahwa varian virus corona Omicron berdampak pada saluran pernafasan bagian atas. Namun gejala terjangkitnya virus ini lebih ringan dibanding virus sebelumnya. Virus Omicron tidak seganas varian lain yang dapat menyebabkan pneumonia parah. Pernyataan dari pejabat WHO ini tentu menjadi kabar baik bagi masyarakat dunia.
Dikutip dari Nusantara TV, pernyataan manajer insiden WHO, Abdi Mahamud itu dilontarkan saat konferensi pers di Jenewa, setelah mempelajari beberapa kasus omicron yang terdeteksi di Afrika Selatan, sebagai negara pertama tempat munculnya virus Omicron.
Dalam kesempatan itu Mahamud memberikan peringatan dengan menyebut Afrika Selatan sebagai ‘Pengecualian’ karena memiliki populasi muda diantara faktor-faktor lainnya.
Tingginya tingkat penularan Omicron akan menyebabkan varian tersebut menjadi dominan dalam beberapa minggu ke depan di banyak tempat. Terlebih pada negara-negara yang penduduknya sebagian besar belum divaksinasi.
Baru-baru ini hasil sebuah studi menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan Delta dan virus Corona asli, varian Omicron lebih cepat masuk ke saluran udara bagian agas dan paru-paru. Tapi jauh lebih lambat dalam menginfiltrasi jaringan paru-paru itu sendiri.
Sebuah studi gabungan antara Amerika Serikat dan Jepang menemukan bahwa Tikus yang terinfeksi Omicron memiliki kerusakan paru-paru yang lebih sedikit, kehilangan berat badan yang lebih sedikit dan kemungkinan kematian yang lebih kecil, dibandingkan dengan yang terinfeksi Delta.
Sementara itu, tim yang mempelajari varian Omicron di Glasgow yakin varian ini tidak dapat menginfeksi sel paru-paru karena protein esensial yang biasanya membantu varian Sars-Cov2 masuk ke dalam paru-paru, pada Omicron kurang terikat kuat.