Nusantaratv.com - Kolera menyebar dengan cepat di seluruh Lebanon. Tercatat 80 kasus yang dikonfirmasi selama dua hari minggu ini.
Menteri Kesehatan Lebanon Firass Abiad mengatakan mayoritas kasus berada di antara pengungsi Suriah. "Tapi telah terjadi peningkatan kasus di antara orang Lebanon," ujar Abiad, seperti dikutip dari Arab News, Kamis (20/10/2022).
Kementerian Kesehatan negara itu mengatakan kasus baru telah meningkatkan total menjadi 169, termasuk dua di Kesserwan, Gunung Lebanon. Dua kematian lagi juga telah dicatat. Dengan demikian, meningkatkan jumlah korban menjadi lima.
Lebanon mencatat dua kasus kolera pertamanya pada 5 Oktober, yakni seorang pengungsi Suriah dan seorang wanita Lebanon di wilayah utara Akkar. Daerah tersebut memiliki beberapa titik penyeberangan perbatasan dengan Suriah, di mana ratusan kasus juga telah dicatat.
"Air yang terkontaminasi di banyak daerah adalah elemen utama yang berkontribusi terhadap peningkatan kasus, selain kontaminasi sayuran dari air irigasi. Melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi juga merupakan faktor yang berkontribusi," ungkap Abiad.
Ditambahkannya, pemadaman listrik bergilir membuat stasiun pompa air kehilangan air bersih yang cukup. "Air yang tersisa di pipa menjadi tercemar setelah beberapa saat dan penting untuk memasok instalasi pengolahan air dengan daya yang cukup untuk mengamankan air bersih," urainya.
Disebutkannya, UNICEF mengamankan solar untuk digunakan di stasiun pompa air Bekaa dan Utara untuk membuang air yang mungkin terkontaminasi. Abiad mengatakan solusi untuk penyebaran penyakit terletak pada mengamankan jumlah klorin yang cukup yang akan didistribusikan untuk memurnikan air.
Dia menambahkan kementeriannya sedang melengkapi rumah sakit lapangan di Arsal di perbatasan Suriah. "Ada delapan rumah sakit lapangan yang siap mendistribusikan perbekalan kesehatan dan serum. Vaksin yang tersedia secara global langka karena adanya beberapa hotspot kolera, tetapi kami dijanjikan jumlah vaksinnya," sebutnya.
Penyebaran penyakit di Lebanon telah secara signifikan memukul sektor kesehatan di tengah keruntuhan ekonomi. Negara ini menyaksikan wabah kolera 32 tahun yang lalu di seluruh negeri, menyebabkan banyak orang meninggal.
Bilal Abdallah, seorang Anggota Parlemen dan Anggota Komite Kesehatan Parlemen, mengatakan peningkatan kasus mengkhawatirkan. "Otoritas terkait harus menindaklanjuti masalah sanitasi, keamanan air dan prosedur organisasi internasional yang bertanggung jawab, serta mengontrol pergerakan di perbatasan ke dan dari daerah yang terinfestasi di Suriah," terangnya.
Penyakit ini telah menyebar di Provinsi Bekaa, dengan 14 kasus sejauh ini. Pekan lalu, satu kasus tercatat di kamp pengungsi Qab Elias, pada seorang pengungsi yang telah melakukan perjalanan dari kamp yang terinfeksi di utara Lebanon. Dua kasus juga tercatat di kamp Timnin El-Tahta.
Dalam sebuah laporan, organisasi kemanusiaan PBB UNICEF mengatakan krisis yang tumpang tindih baru-baru ini telah secara signifikan mempengaruhi akses ke layanan kesehatan, air minum yang aman dan bersih, serta layanan sanitasi oleh penduduk dan pengungsi Lebanon. Diperkirakan kasus akan terus meningkat.
UNICEF mengatakan mereka telah mengembangkan rencana tanggapan bersama untuk menahan wabah kolera dan mengurangi kematian bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pemerintah. Tanggapan langsungnya adalah meningkatkan sistem air dan sanitasi saat ini.
Dikatakannya, sejak 8 Oktober, telah mendistribusikan 80.000 liter bahan bakar ke stasiun pompa air dan stasiun pengolahan air limbah. Pihaknya juga telah melakukan pengadaan perbekalan kesehatan, termasuk 150.000 Garam Rehidrasi Mulut dan kit pengobatan kolera, cukup untuk membantu 5.000 pasien kolera atau mereka yang memiliki gejala termasuk diare sedang hingga berat.