Nusantaratv.com - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan tidak akan ada pemenang dalam perang nuklir dan perang seperti itu tidak boleh dimulai.
Putin membuat pernyataan tersebut dalam sebuah surat kepada peserta konferensi tentang perjanjian non-proliferasi nuklir (NPT), lebih dari lima bulan dalam perangnya di Ukraina.
"Kami melanjutkan fakta, tidak ada pemenang dalam perang nuklir dan itu tidak boleh dimulai, dan kami berdiri untuk keamanan yang sama dan tak terpisahkan untuk semua anggota komunitas dunia," ujar Putin, dikutip dari Reuters, Selasa (2/8/2022).
Kekhawatiran internasional tentang risiko konfrontasi nuklir telah meningkat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Dalam pidatonya pada saat itu, Putin dengan tegas merujuk pada persenjataan nuklir Rusia dan memperingatkan kekuatan luar terhadap segala upaya untuk ikut campur.
"Siapa pun yang mencoba menghalangi kami harus tahu bahwa tanggapan Rusia akan segera dilakukan. Dan itu akan membawa Anda pada konsekuensi yang belum pernah Anda temui dalam sejarah Anda," imbuhnya.
Beberapa hari kemudian, dia memerintahkan pasukan nuklir Rusia untuk siaga tinggi. Perang di Ukraina telah meningkatkan ketegangan geopolitik ke tingkat yang tidak terlihat sejak Krisis Rudal Kuba 1962.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan pada Maret lalu: "Prospek konflik nuklir, yang dulu tidak terpikirkan, sekarang kembali ke ranah kemungkinan."
Politisi di Rusia dan Amerika Serikat (AS) telah berbicara secara terbuka tentang risiko Perang Dunia Ketiga. Direktur CIA William Burns mengatakan pada April bahwa mengingat kemunduran yang dialami Rusia di Ukraina, "tidak ada dari kita yang dapat menganggap enteng ancaman yang ditimbulkan oleh potensi penggunaan senjata nuklir taktis atau senjata nuklir hasil rendah."
Rusia, yang doktrin militernya mengizinkan penggunaan senjata nuklir jika terjadi ancaman eksistensial terhadap negara Beruang Merah itu, menuduh Barat melancarkan 'perang proksi' melawannya dengan mempersenjatai Ukraina dan menjatuhkan sanksi terhadap Moskow.