Nusantaratv.com - Vladimir Putin memenangkan pemilihan presiden Rusia dengan kemenangan telak. Hasil ini menegaskan dominasinya atas politik Rusia.
Dalam pemilu yang dinilai tidak adil oleh Barat, Putin meraih rekor kemenangan pasca-Soviet tanpa persaiangan berarti dari para kandidat lain dengan persentase suara tertinggi.
Putin, mantan letnan kolonel KGB yang telah memerintah Rusia sejak 1999, menyebutkan hasil pemilu ini merupakan pesan yang jelas kepada Barat jika Rusia tidaka bakal mundur dalam menghadapi tekanan apapun, baik dalam konflik maupun diplomasi.
Dengan persentase suara 87,8 persen menurut Public Opinion Foundation (FOM), Putin mengklaim kemenangan tanpa persaingan yang serius dari lawan politiknya. Raupan suara ini membawa pria berusia 71 tahun itu menuju masa jabatan enam tahun baru yang akan membuatnya menjadi pemimpin terlama di Negara Beruang Merah dalam lebih dari dua abad, melampaui Joseph Stalin jika dia menyelesaikan masa jabatannya.
"Putin meraih 87,8 persen suara, yang merupakan hasil tertinggi dalam sejarah Rusia pasca-Soviet," demikian menurut Public Opinion Foundation (FOM), seperti dilansir dari Reuters, Senin (18/3/2024).
Kendati mendapatkan kritik dari Barat tentang pemilihan yang tidak bebas dan adil, Putin menyatakan jika pemilu berlangsung demokratis dan protes terhadapnya tidak mempengaruhi hasilnya.
Di tengah upaya Barat untuk mengganggu politik Rusia, termasuk serangan yang dilakukan Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Inggris, Putin menegaskan jika Rusia tidak akan terintimidasi dan akan terus mempertahankan kedaulatannya dengan gagah berani.
Dalam pidato kemenangannya di Moskow, Putin menyatakan prioritas utamanya adalah menyelesaikan apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus" Rusia di Ukraina. Selain itu, dengan pasukan Rusia yang terlibat dalam konflik di Ukraina, Putin berkomitmen memperkuat kehadiran militer Rusia dan menegaskan posisinya di kawasan tersebut.
"Kita mempunyai banyak tugas ke depan. Namun ketika kita melakukan konsolidasi - tidak peduli siapa yang ingin mengintimidasi kita, menindas kita - tidak ada seorang pun yang pernah berhasil dalam sejarah, mereka belum berhasil saat ini, dan mereka tidak akan pernah berhasil di masa depan," kata Putin.
Para pendukung Putin merayakan kemenangannya dengan riuh rendah, meneriakkan namanya dan menyuarakan dukungan mereka untuk Rusia. Namun, di sisi lain, ribuan penentang Putin, terinspirasi Alexei Navalny yang baru saja meninggal dunia di penjara bulan lalu, melakukan protes di tempat pemungutan suara di seluruh Rusia dan di luar negeri.
Putin, yang menggambarkan konflik di Ukraina sebagai bagian dari pertempuran berabad-abad melawan Barat, menegaskan jika Rusia akan terus melawan tekanan eksternal dan mempertahankan kepentingannya. Terkait kritik yang datang dari Barat, Putin menegaskan jika Rusia akan terus menjadi pemain utama dalam politik global.
Pemilu ini terjadi di tengah ketegangan antara Rusia dan Barat, dengan Ukraina menjadi medan perang yang kontroversial. Meskipun keberhasilan Putin dalam pemilihan ini telah dipertanyakan sejumlah negara Barat, bagi pendukungnya, kemenangan ini adalah bukti nyata dari dukungan luas yang diterimanya di dalam negeri.
Dengan Putin yang akan memulai masa jabatan baru, langkah-langkah selanjutnya yang diambilnya akan menjadi sorotan dunia. Sementara itu, perhatian tetap terfokus pada konflik di Ukraina dan hubungan Rusia dengan Barat dalam masa depan yang tidak penuh dengan ketidakpastian.