Nusantaratv.com - Viral di media sosial video ucapan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang bertanya apakah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan putranya yang jadi cawapres, Gibran Rakabuming Raka, bisa kerja atau tidak.
Hal ini dinyatakan Ahok saat berdialog dengan seorang wanita berumur yang bersikukuh mendukung Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024. Pernyataan Ahok disampaikan, dalam sebuah acara yang diperkirakan digelar guna mendukung capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Pasca viral video itu, muncul narasi menyertai yang menyatakan jika Ahok menyebut Jokowi dan Gibran tak bisa kerja. Ahok pun mengklarifikasi.
Menurut Ahok, pernyataannya dalam video dipotong-potong, dengan tujuan mengadu domba.
"Begitu saya ngomong keras, 'kamu kritik Pak Jokowi ya? Nyerang personal?' Nggak. Saya cuma mau sampaikan hati-hati, orang ini penjilat," ujar Ahok dalam wawancara yang ditayangkan kanal YouTube MerdekaDotcom, Rabu (7/2/2024).
"Jangan dipotong-potong kalimat saya, kan diadu domba nih. Bilang nggak bisa apa, kerja lah macam-macam. Kan gitu kan," imbuhnya.
Menurut Ahok, Jokowi takkan bisa bekerja, apabila tak didukung partai politik. Jokowi, kata dia, tak bisa menjadi seorang presiden, apabila tak diberi kesempatan untuk maju oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
"Maksud saya, saya bilang, mana sih ada orang bisa kerja yang sendiri? Nggak didukung partai? Makanya kalau Ibu Mega tidak memeritokrasi, nggak akan lahir seorang Jokowi," tutur Ahok.
"Ganjar kalau bukan sistem meritokrasi di PDI Perjuangan, jangan harap itu calon presiden. Calonin Mbak Puan dong. Nah itu yang saya sampaikan," lanjut dia.
Jika sudah demikian, sambung Ahok, seharusnya Jokowi mengikuti sistem meritokrasi yang sudah ia nikmati, saat memutuskan apakah putranya Gibran, layak atau tidak menjadi cawapres.
"Pak Jokowi harusnya ikutin cara kerja ini dong. Kenapa lu tiba-tiba tadi bilang anakmu nggak bisa, tiba-tiba anakmu bisa ikut (jadi cawapres) gitu lho," tutur dia.
Bagi Ahok sendiri, ia lebih rela jika Gibran sekalian yang jadi capres ketimbang Prabowo. Karena mantan Komisaris Utama Pertamina itu tak terlalu percaya dengan Prabowo.
"Calonnya (capresnya) Prabowo bos, yang dulu gua berjuang buat lu supaya lu terus dua kali. Saya kuatir Pak Jokowi begitu terpilih sekali aja jangan-jangan dia (Prabowo) jangan-jangan langsung semua diganti menteri kali. Lu mau apa Pak Jokowi?," jelas Ahok.
Menurut dia, tak ada diatur dalam UUD 1945 bahwa mantan presiden bisa mengatur presiden terpilih. Begitu pula ketentuan yang mengatur tentang pembagian kekuasaan presiden dengan wakil presiden.
"Lu kalau cuma tandatangan, pakai materai, itu pakai air liur ganti materai baru bos. Orang politik mana bisa dipercaya pakai materai bos? Terus mau apa? (Di) Konstitusi saya (Prabowo) presiden kok? Itu yang saya kuatir. Orang yang dua periode nyerang Pak Jokowi, nuntut di MK, kalau saya mungkin kamu bisa percaya, saya kalah nggak pernah gugat lho. Oh terima, selamat. HUT DKI gua datang, salaman sama Pak Anies, ketemu kawinan gua salaman, ketemu Cak Imin gua salaman," papar Ahok.
"Cak Imin masih bilang 'gila juga lu ya?', 'lu lebih gila' gua bilang. Cak Imin itu pendukung saya waktu (nyalon) Gubernur Babel. Termasuk DKI, jenguk saya, baik saya sama Cak Imin," lanjut eks Bupati Belitung Timur.