Nusantaratv.com - Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Dr. Adhi Nugraha, MA bersama tim risetnya berhasil mengubah kotoran sapi menjadi material untuk berbagai produk, upayanya tersebut didorong oleh keinginannya untuk mengurangi limbah kotoran kandang dan pencemarannya.
“Saya tinggal di desa di mana kebanyakan penduduk adalah peternak sapi, dan memang mereka kurang arif dalam mengatasi limbah kotorannya,” kata Dr. Adhi Nugraha dalam keterangan tertulis Humas ITB yang diterima di Bandung, Selasa.
Ia mengatakan sebuah desain tidak bisa lepas dari pertimbangan aspek-aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial-budaya.
Desain berperan dalam menambah nilai produk dari aspek fungsi, ergonomis, kualitas, dan estetika.
Oleh karena itu, ITB terus berinovasi dan mendukung riset dalam wilayah desain agar produk-produk yang dikembangkan membawa kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia.
“Maka dari itu, saya dapat ide untuk memanfaatkan kotoran sapi ini sebagai bahan baku agar limbah ini tidak lagi dibuang ke mana saja,” kata dia.
Riset pengolahan kotoran sapi ini sudah memasuki tahun kedua. Dr. Adhi bersama tim sejauh ini telah berhasil merancang beberapa prototipe dari material yang dibuat.
Para anggota yang terdiri dari peneliti di berbagai bidang serta para mahasiswa sebagai desainer junior memetakan tanggapan penduduk tentang kondisi lingkungan dan pengolahan kotoran sapi sebelum mulai mempersiapkan serangkaian percobaan agar mendapatkan hasil bahan yang paling optimal.
Warga desa sekitar sangat antusias dengan ide tim karena ikut dilibatkan dalam produksi pengolahan kotoran sapi ini.
Masyarakat juga berharap kegiatan ini bisa menjadi tambahan penghasilan baru.
Cara menyulap kotoran sapi menjadi sebuah produk diawali kotoran sapi dibersihkan dengan cara dicuci menggunakan air. Lalu, ampasnya dikeringkan dan ditambahkan beberapa bahan aditif untuk menghasilkan bahan baku yang baru.
Material inilah yang digunakan dalam pembuatan bagian luar produk, seperti lampu, pengeras suara, dan lainnya. Cetakan produk tersebut disiapkan dan diisi dengan hasil pengolahan limbah sapi.
Setelah kering, cetakan dicopot dan produk siap digunakan atau melalui proses finishing.
Selama pengerjaan, Dr. Adhi dan tim harus memecahkan dua permasalahan dalam membuat inovasi tersebut. Pertama, mereka harus mencari cara untuk menghilangkan bau kotoran.
Oleh karena itu, mereka coba menanggulanginya dengan berbagai proses pembersihan dan menambahkan bahan-bahan yang dapat mengurangi baunya.
Mereka juga ingin mengusung produk all-natural. Untuk itu penggunaan bahan-bahan kimia dibuat seminim mungkin.
“Isu penting lainnya adalah paten dan sertifikasi produk agar menjamin keamanan inovasi kami, terlebihnya dalam persoalan sanitasinya,” kata dia.
“Tentu, riset kami sudah menunjukkan hasil yang sangat baik,” lanjut dia.
Dia juga menyatakan pentingnya peran masyarakat dan peneliti dalam perancangan produk yang memerlukan berbagai bidang studi seperti antropologi, perteknikan, dan seni.
Sejauh ini, produk hasil tim riset Dr. Adhi telah dipamerkan di berbagai ajang pameran di dalam dan luar tanah air, contohnya ICAD 2022 di Jakarta, JIA 2022 di Bali, dan FINE 2022 di Singapura.
Banyak pengunjung yang tertarik dengan produk mereka, menawarkan mereka untuk mempromosikan karyanya di galeri mereka atau ingin membeli karya-karya mereka.
“Kami senang banyak orang yang tertarik pada produk yang kami buat,” kata Dr. Adhi.(Ant)