Nusantaratv.com-Kematian calon presiden Ekuador Fernando Villavicencio meninggalkan duka dan misteri. Fernando tewas usai ditembak selepas melakukan kampanye di Quito pada Rabu (9/8/2023). Ia sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong.
Tragedi yang menimpa Fernando menjadi sorotan. Insiden ini diduga berkaitan dengan kartel narkoba Meksiko, Sinaloa.
Sebelum penembakan, VIllavicencio sempat melapor dirinya mendapat ancaman.
Nama gembong narkoba Sinaloa memang tengah menjadi sorotan di tengah maraknya tindak kekerasan bersenjata di Ekuador belakangan ini.
Bagaimana peran gembong narkoba Sinaloa dalam teror kekerasan bersenjata yang kini menghantui Ekuador?
Menurut laporan Vice, kartel Meksiko Generasi Baru Sinaloa dan Jalisco mengubah Ekuador menjadi zona perang dengan tujuan untuk mengendalikan perdagangan kokain menuju Amerika Serikat dan Eropa melalui Ekuador.
Kartel Meksiko juga mengambil keputusan dengan membiayai produksi kokain Kolombia. Sementara itu, geng-geng Ekuador mengobarkan perang proksi atas nama kartel Meksiko.
Kondisi tersebut membuat Ekuador menjadi "ladang pembunuhan baru" Amerika Latin.
Salah satu penyelundup mengatakan kartel itu juga mendanai pelatihan menembak hingga membunuh di Ekuador Utara.
Pakar keamanan dan akademisi dari National Autonomous University of Mexico, Yadira Galvez, mengatakan kekerasan yang mengkhawatirkan, tingkat pembunuhan, krisis di penjara, dan tingkat ketidakamanan di Ekuador berasal dari pembangunan rute perdagangan Kokain Eropa dan Asia-Pasifik, mengutip CNNIndonesiacom.
"Ini karena pembentukan kelompok kriminal lokal dan tradisional seperti Los Horneros dan Los Lobos, serta fragmen keterlibatan intensif kartel Meksiko," kata Galvez.
"Kami juga bisa menunjukkan kekerasan yang dibawa organisasi Meksiko diperparah karena antar kelompok kriminal ingin menguasai wilayah rute penyelundupan narkoba," imbuhnya.
Tingkat pembunuhan di Ekuador meningkat drastis menjadi 245 persen dari 2020 hingga 2022.